Kamis, 13 Desember 2012

Ini Dia, Lima Perusahaan Penyedot Minyak Terbesar di Indonesia



Produksi minyak mentah Indonesia saat ini rata-rata mencapai 890.000 barel per hari, meski target dalam APBN-P 2012 sebesar 930.000 barel per hari. Perusahaan minyak (Kontraktor Kontrak Kerja Sama/KKKS) lah yang paling besar memberikan hasil produksi minyak mentah Indonesia.



Berikut ini lima perusahaan minyak yang paling banyak menyedot minyak di Indonesia atau dengan kata lain punya produksi minyak paling tinggi tahun ini, seperti dikutip dari data BP Migas, Senin (27/8).

1. PT Chevron Pacific Indonesia (CPI)
Perusahaan minyak yang beroperasi di Riau dan melakukan pengeboran di Dumai, Duri, Minas dan Rumbai ini merupakan salah satu penyumbang terbesar produksi minyak mentah di Indonesia.

Menurut Deputi Pengendalian Operasi Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), Gde Pradnyana, produksi rata-rata Chevron pada Juni 2012 mencapai 356.800 barel per hari. atau menduduki peringkat pertama penyumbang paling besar produksi minyak mentah di Indonesia.

2. PT Pertamina EP
Anak perusahaan PT Pertamina (Persero) ini menduduki peringkat kedua dengan produksi rata-rata pada Juni 2012 mencapai 124.000 barel per hari.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat rapat kabinet terbatas di Kantor Pertamina beberapa waktu lalu, mengharapkan Pertamina bisa meningkatkan produksi minyaknya, sehingga diharapkan menjadi penyumbang paling besar produksi minyak mentah di Indonesia.

3. PT Total E&P Indonesie
Perusahaan asal Prancis ini menduduki peringkat ketiga penyumbang minyak mentah Indonesia, saat ini rata-rata produksi minyak mentah pada Juni 2012 mencapai 82.000 barel per hari.

Sebelumnya, produksi gas Total sempat bermasalah atau turun sekitar 220 mmscfd (juta kaki kubik per hari) dikarenakan adanya subsurface di sisi Nubi

4. CNOOC Ltd
Perusahaan asal China ini menduduki peringkat ke empat sebagai penyumbang minyak mentah di Indonesia, menurut Deputi Pengendalian Operasi BP Migas, Gde Pradnyana produksi rata-rata CNOOC pada Juni 2012 mencapai 53.000 barel per hari.

5. Pertamina Hulu Energi ONWJ
Anak perusahaan PT Pertamina (Persero) ini menduduki peringkat paling akhir dengan produksi minyak mencapai 35.000 barel per hari. [itoday/www.al-khilafah.org]

Minggu, 09 Desember 2012

Dulu Tukang Sapu, Kini Tri Pengusaha Sukses


KOMPAS.com — Pernah menjadi kuli dan tukang sapu, Tri Sumono kini pengusaha sukses dengan omzet ratusan juta. Ia mengawali langkahnya di dunia usaha dengan menjadi pedagang aksesori kaki lima. Ulet dan tekun membuat usahanya terus berkembang.
Pepatah lama yang menyatakan "hidup seperti roda berputar" tampaknya berlaku bagi Tri Sumono. Berawal dari menjadi kuli bangunan hingga tukang sapu, kini Tri sukses menjadi pengusaha beromzet ratusan juta rupiah per bulan.
Lewat perusahaan CV 3 Jaya, Tri Sumono mengelola banyak cabang usaha, antara lain, produksi kopi jahe sachet merek Hootri, toko sembako, peternakan burung, serta pertanian padi dan jahe. Bisnis lainnya, penyediaan jasa pengadaan alat tulis kantor (ATK) ke berbagai perusahaan, serta menjadifranchise produk Ice Cream Campina. "Saya juga aktif jual beli properti," katanya.
Dari berbagai lini usahanya itu, ia bisa meraup omzet hingga Rp 500 juta per bulan. Pria kelahiran Gunung Kidul, 7 Mei 1973, ini mengaku tak pernah berpikir hidupnya bakal enak seperti sekarang.
Terlebih ketika ia mengenang masa-masa awal kedatangannya ke Jakarta. Mulai merantau ke Jakarta pada 1993, pria yang hanya lulusan sekolah menengah atas (SMA) ini sama sekali tidak memiliki keahlian.
Ia nekat mengadu nasib ke Ibu Kota dengan hanya membawa tas berisi kaus dan ijazah SMA. Untuk bertahan hidup di Jakarta, ia pun tidak memilih-milih pekerjaan.
Bahkan, pertama bekerja di Jakarta, Tri menjadi buruh bangunan di Ciledug, Jakarta Selatan. Namun, pekerjaan kasar itu tak lama dijalaninya. Tak lama menjadi kuli bangunan, Tri mendapat tawaran menjadi tukang sapu di kantor Kompas Gramedia di Palmerah, Jakarta Barat.
Tanpa pikir panjang, tawaran itu langsung diambilnya. "Pekerjaan sebagai tukang sapu lebih mudah ketimbang jadi buruh bangunan," jelasnya.
Lantaran kinerjanya memuaskan, kariernya pun naik dari tukang sapu menjadi office boy. Dari situ, kariernya kembali menanjak menjadi tenaga pemasar dan juga penanggung jawab gudang.
Pada tahun 1995, ia mencoba mencari tambahan pendapatan dengan berjualan aksesori di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Saat itu, Tri sudah berkeluarga dengan dua orang anak. Selama empat tahun Tri Sumono berjualan produk-produk aksesori, seperti jepit rambut, kalung, dan gelang di Jakarta. Berbekal pengalaman dagang itu, tekadnya untuk terjun ke dunia bisnis semakin kuat. "Saya dagang aksesori seperti jepit rambut, kalung, dan gelang dengan modal Rp 100.000," jelasnya.
Setiap Sabtu-Minggu, Tri rutin menggelar lapak di Stadion Gelora Bung Karno. Dua tahun berjualan, modal dagangannya mulai terkumpul lumayan banyak.
Dari sanalah ia kemudian berpikir bahwa berdagang ternyata lebih menjanjikan ketimbang menjadi karyawan dengan gaji pas-pasan. Makanya, pada  tahun 1997, ia memutuskan mundur dari pekerjaannya dan fokus untuk berjualan.
Berbekal uang hasil jualan selama dua tahun di Gelora Bung Karno, Tri berhasil membeli sebuah kios di Mal Graha Cijantung. "Setelah pindah ke Cijantung, bisnis aksesori ini meningkat tajam," ujarnya.
Tahun 1999, ada seseorang yang menawar kios beserta usahanya dengan harga mahal. Mendapat tawaran menarik, Tri kemudian menjual kiosnya itu. Dari hasil penjualan kios ditambah tabungan selama ia berdagang, ia kemudian membeli sebuah rumah di Pondok Ungu, Bekasi Utara. Di tempat baru inilah, perjalanan bisnis Tri dimulai.
Pengalaman berjualan aksesori sangat berbekas bagi Tri Sumono. Ia pun merintis usaha toko sembako dan kontrakan. Sejak itu, naluri bisnisnya semakin kuat.

Saat itu, ia langsung membidik usaha toko sembako. Ia melihat, peluang bisnis ini lumayan menjanjikan karena, ke depan, daerah tempatnya bermukim itu bakal berkembang dan ramai. "Tapi tahun 1999, waktu saya buka toko sembako itu masih sepi," ujarnya.

Namun, Tri tak kehabisan akal. Supaya kawasan tempatnya tinggal kian ramai, ia kemudian membangun sebanyak 10 rumah kontrakan dengan harga miring. Rumah kontrakan ini diperuntukkan bagi pedagang keliling, seperti penjual bakso, siomai, dan gorengan.

Selain mendapat pemasukan baru dari usaha kontrakan, para pedagang itu juga menjadi pelanggan tetap toko sembakonya. "Cara itu ampuh dan banyak warga di luar Pondok Ungu mulai mengenal toko kami," ujarnya.

Seiring berjalannya waktu, naluri bisnisnya semakin kuat. Tahun 2006, Tri melihat peluang bisnis sari kelapa. Tertarik dengan peluang itu, ia memutuskan untuk mendalami proses pembuatan sari kelapa. Dari informasi yang didapatnya diketahui bahwa sari kelapa merupakan hasil fermentasi air kelapa oleh bakteri Acetobacter xylium.

Untuk keperluan produksi sari kelapa ini, ia membeli bakteri dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor. "Tahap awal saya membuat 200 nampan sari kelapa," ujarnya.

Sari kelapa buatannya itu dipasarkan ke sejumlah perusahaan minuman. Beberapa perusahaan mau menampung sari kelapanya. Tetapi, itu tidak lama. Lantaran kualitas sari kelapa produksinya menurun, beberapa perusahaan tidak mau lagi membeli. Ia pun berhenti memproduksi dan memutuskan untuk belajar lagi.

Untuk meningkatkan kualitas sari kelapa, ia mencoba berguru ke seorang dosen Institut Pertanian Bogor (IPB). Mulanya, dosen itu enggan mengajarinya karena menilai Tri bakal kesulitan memahami bahasa ilmiah dalam pembuatan sari kelapa. "Tanpa sekolah, kamu sulit menjadi produsen sari kelapa," kata Tri menirukan ucapan dosen kala itu.

Namun, melihat keseriusan Tri, akhirnya sang dosen pun luluh dan mau memberikan les privat setiap hari Sabtu dan Minggu selama dua bulan. Setelah melalui serangkaian uji coba dengan hasil yang bagus, Tri pun melanjutkan kembali produksi sari kelapanya.

Saat itu, ia langsung memproduksi 10.000 nampan atau senilai Rp 70 juta. Hasilnya lumayan memuaskan. Beberapa perusahaan bersedia menyerap produk sari kelapanya. Sejak itu, perjalanan bisnisnya terus berkembang dan maju.

Wisata Jogja

Kawasan Malioboro Yogyakarta
Malioboro
Malioboro adalah nama jalan di jantung kota Yogyakarta. Sebuah tempat yang strategis karena satu jalur dengan Keraton Yogyakarta dan dekat dengan stasiun kereta api Tugu Yogyakarta. Malioboro sudah menjadi ikon Yogyakarta. Anda belum dianggap mengunjungi Yogyakarta jika tidak mengunjungi tempat wisata belanja Malioboro ini. Disini kita bisa mendapatkan aneka barang yang diinginkan mulai dari pernik cantik, cinderamata unik, batik klasik, emas dan permata hingga peralatan rumah tangga. Tidak hanya itu, berbagai barang antik-pun bisa kita dapatkan di sepanjang area pedagang kaki lima Malioboro ini.

Pasar Beringharjo Yogyakarta
Pasar Beringharjo
Sebenarnya wisata belanja Pasar beringharjo ini merupakan satu paket wisata dengan kawasan Malioboro. Karena memang Pasar Beringharjo ini bisa diakses melalui jalan Malioboro. Jika kita mengunjungi Malioboro maka secara otomatis akan mengunjungi Pasar Beringharjo. Walaupun sebenarnya Pasar beringharjo ini terletak di Jl. Pabringan 1, Yogyakarta 55122. Disini kita bisa mendapatkan berbagai jenis batik, kain tekstil, dan berbagai jenis pakaian khas Yogyakarta dengan harga murah. Pasar Beringharjo menggunaan konsep pasar tradisional lengkap dan bersih. Cocok sekali bagi pelancong yang suka belanja sambil nawar.

Wisata Belanja Kasongan
Kasongan
Kasongan merupakan nama sebuah desa di kabupaten Bantul yang mempunyai ciri khas sebagai desa pengrajin gerabah atau keramik. Untuk mengunjungi Wisata Belanja Kasongan bisa ditempuh sekitar 15-20 menit berkendara dari pusat kota Yogyakarta. Saat mengunjungi desa Kasongan ini, kita tidak hanya bisa membeli keramik yang sudah mendapat sentuhan modern itu, tetapi kita juga bisa menikmati desa wisata yang unik dengan penduduk ramah. kita juga bisa melihat proses pembuatan keramik hingga selesai di desa Kasongan ini. Tentunya hal ini akan menjadi kenangan yang tak terlupakan manakala mengunjungi Yogyakarta.

Pasar Seni Gabusan
Pasar Seni Gabusan
Masih terletak di Kabupaten Bantul Yogyakarta, Pasar Seni Gabusan ini menampung 444 pengrajin dan 8015 unit kerajinan dari seluruh Bantul. Jika ada yang belum sempat mengunjungi Kasongan untuk mendapatkan aneka kerajinan keramik, maka dengan mengunjungi Pasar Seni Gabusan ini kita bisa mendapatkannya. Pasar ini terletak di Jl. Parangtritis km 9,5 Yogyakarta 55186. Sangat cocok untuk dikunjungi oleh para pelancong yang suka mengoleksi barang-barang seni.