Seorang perempuan muda asal Amerika Serikat bernama Autumn Radtke yang
merupakan CEO perusahaan bursa bitcoin dan mata uang virtual lain
ditemukan meninggal dunia di Singapura pekan lalu. Polisi setempat
sedang menyelidiki kematiannya yang tidak wajar.
Polisi menemukan
Radtke di sekitar komplek apartemennya, tewas pada pagi hari, 26
Februari 2014, setelah menerima panggilan darurat dari pengelola
apartemen.
Mulanya, polisi menilai Radtke meninggal secara wajar.
Namun, belakangan warga apartemen mengatakan kepada polisi bahwa Radtke
bunuh diri dengan cara lompat dari apartemen.
Teman Radtke
bernama Steve Beauregard, mengatakan Radtke sedang bergulat dengan
tekanan profesional dan pribadi. Perusahaan yang dipimpin Radtke sedang
berjuang untuk mendapatkan traksi.
First Meta, perusahaan yang
dipimpin Radtke, mengeluarkan pernyataan di situs web resminya bahwa
mereka "terkejut dan sedih" atas kematian Radtke dan mengungkapkan
belasungkawa kepada keluarga Radtke.
"Belasungkawa yang terdalam
kami ucapkan untuk keluarga, teman, dan orang yang dicintai. Autumn
adalah inspirasi bagi kita semua dan kami akan sangat merindukannya,"
tulis First Meta.
Kepada
Reuters, Direktur First Meta
Douglas Abrams, membantah bahwa perusahaannya sedang terpuruk atau
sedang berusaha untuk dijual. Namun, Abrams mengaku memang punya rencana
untuk menjual perusahaan. Mereka juga berusaha menghemat biaya
operasional dengan keluar dari ruang kantor yang digunakan saat ini.
First Meta merupakan
platform perdagangan
online
untuk mata uang virtual/digital. Perusahaan ini mulai memperdagangkan
bitcoin sejak 2013. Kemudian, Beauregard mengungkapkan, First Meta
menandatangani kesepakatan dengan GoCoin pada awal 2014.
"Aku
tidak berusaha untuk menjauhkan First Meta dari bitcoin, tetapi kami
tidak menyediakan perdagangan dua arah untuk bitcoin," kata Abrams.
Penggemar bitcoinOrang-orang
terdekat mengatakan Radtke adalah penggemar berat bitcoin dan telah
melakukan investasi secara pribadi. Radtke juga sering membujuk
teman-temannya untuk berinvestasi.
Di halaman Facebook, Radtke
beberapa kali membagikan tautan artikel atau cerita tentang bitcoin yang
sebagian besar turut merayakan kenaikan harga bitcoin pada tahun 2013.
"Dia
(Radtke) kedapatan memantau naik turunnya bitcoin, dan itu tidak
menjadi satu-satunya alasan tragedi ini. Akan sangat naif untuk berpikir
seperti itu," ujar salah seorang Radtke kepada
Reuters.Beauregard
mengaku sempat terlibat percakapan dengan Radtke dalam 48 jam sebelum
kematiannya tentang masalah pribadi dan profesional. "Bitcoin dan Mt.
Gox bukan bagian dari percakapan," tutur Beauregard.
Radtke, yang
berusia 28 tahun, pindah ke Singapura pada 2012. Sebelumnya, ia bekerja
di sebuah perusahaan rintisan Plug and Play Tech Center di Santa
Monica, California, AS.
Scott Robinson, salah satu pemilik Plug
and Play Tech Center, mengatakan Radtke tertarik dengan bitcoin dan
membuatnya sebagai salah satu perempuan yang ahli atas bitcoin dalam
usia relatif muda.
Kematian Radtke hanya berselang satu hari
setelah bursa bitcoin Mt. Gox asal Tokyo, Jepang, menutup layanan dan
situs webnya pada 25 Februari 2014. Tiga hari kemudian, bursa bitcoin
terbesar di dunia itu
mengajukan perlindungan kebangkrutan kepada pemerintah.
CEO
Mt. Gox Mark Karpeles mengungkapkan bahwa kebangkrutan disebabkan
karena lemahnya sistem keamanan sehingga ada peretas yang masuk dalam
sistem dan mencuri bitcoin.
Perusahaan mengaku kehilangan 850.000
bitcoin dengan nilai hampir 500 juta dollar AS. Dari jumlah tersebut,
sebanyak 750.000 bitcoin adalah milik nasabah dan 100.000 bitcoin
lainnya adalah aset perusahaan.
Mt. Gox memiliki kewajiban utang
sebesar 63,9 juta dollar AS, jauh melebihi total aset saat ini yaitu
37,7 juta dollar AS. Dalam dokumen kebangkrutan Mt. Gox tercatat, ada
127.000 kreditor dan sebanyak 1.000 kreditor di antaranya berasal dari
Jepang.
Selain Mt. Gox, sebuah bank bitcoin asal Alberta, Kanada,
Flexcoin,
juga terkena serangan siber yang menyebabkan sistem mereka dibobol oleh
peretas pada 4 Maret 2014. Peretas tersebut mencuri 896 bitcoin dari
seluruh rekening dompet digital Flexcoin.
Penegak hukum di
masing-masing negara sedang menyelidiki penyebab tutupnya Mt. Gox dan
Flexcoin untuk mengetahui apakah ada kejahatan ekonomi atau kejahatan
siber.