DEPOK, KOMPAS.com - Tak dimungkiri, Depok terkini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan pembangunan fisik di setiap jengkal lahan strategis. Salah satu koridor strategis sekaligus aglomerasi pusat bisnis dan pemerintahan adalah Jl Raya Margonda.
Di sini, sarat ruang komersial yang direpresentasikan dengan deretan ruko, kios dan juga pusat belanja skala besar. Setidaknya ada lima pusat belanja dengan interval berdekatan. Sebut saja, Margo City Mall, Depok Town Square, Depok Mall, Depok Plaza, dan ITC Depok.
Sementara, hunian komersial berupa apartemen, terdapat Margonda Residence (Cempaka Group), Park View (Lippo Karawaci), Taman Melati Margonda (Adhi Realty) dan Saladdin Mansion (Wangsa Dharma Properti).
Demikian padatnya Jl Raya Margonda, hingga tidak dapat lagi menampung pengembangan baru. Bahkan, pengamat perkotaan, Marco Kusumawijaya, menjuluki jalur tersibuk dan terpadat di kota ini sebagai "pusat kerumitan" yang berpotensi menimbulkan frustrasi ekonomi dan sosial.
"Secara perkotaan, Jl Raya Margonda tidak bisa saya komentari dan analisa karena sudah gagal sebelum bertumbuh seperti sekarang. Namun, secara teknis, penataannya harus diperbaiki segera. Dinamika pasar tidak bisa menunggu, ia akan terus bergulir sesuai dengan kebutuhan zamannya. Depok harus mengubah jalan utama penghubung dengan Jakarta ini lebih layak untuk dilalui. Tidak saja oleh kendaraan, melainkan juga pedestrian," urai Marco kepada Kompas.com, Jumat (13/9/2013).
Sementara Staf Pengajar Tata Ruang pada Departemen Geografi, F-MIPA, Universitas Indonesia, Tarsoen Wiryono, mengusulkan agar Jl Raya Margonda diubah menjadi Malioboronya Depok. Karena di sepanjang jalur ini terdapat perkampungan mahasiswa, sehingga Depok disebut sebagai kota satelit mahasiswa.
'"Malioboro Margonda" memanjang mulai dari perbatasan atau pintu utara Universitas Indonesia hingga ke selatan yang berbatasan dengan Citayam. Bundarannya terdapat di dekat Balaikota Depok. Margonda harus segera berubah wajah, tidak ada lagi kendaraan bermotor yang bisa melintasinya. "Malioboro Margonda" hanya untuk pejalan kaki dan penikmat seni, arsitektur serta budaya.
Setelah Margonda dibenahi, langkah selanjutnya yang bisa segera diimplementasikan adalah pengintegrasian jalur dan moda transportasi. Depok memiliki keuntungan karena memiliki Ciliwung, Margonda dan Rel Kereta. Ketiganya harus sinergis dan saling mendukung.
Di sini, sarat ruang komersial yang direpresentasikan dengan deretan ruko, kios dan juga pusat belanja skala besar. Setidaknya ada lima pusat belanja dengan interval berdekatan. Sebut saja, Margo City Mall, Depok Town Square, Depok Mall, Depok Plaza, dan ITC Depok.
Sementara, hunian komersial berupa apartemen, terdapat Margonda Residence (Cempaka Group), Park View (Lippo Karawaci), Taman Melati Margonda (Adhi Realty) dan Saladdin Mansion (Wangsa Dharma Properti).
Demikian padatnya Jl Raya Margonda, hingga tidak dapat lagi menampung pengembangan baru. Bahkan, pengamat perkotaan, Marco Kusumawijaya, menjuluki jalur tersibuk dan terpadat di kota ini sebagai "pusat kerumitan" yang berpotensi menimbulkan frustrasi ekonomi dan sosial.
"Secara perkotaan, Jl Raya Margonda tidak bisa saya komentari dan analisa karena sudah gagal sebelum bertumbuh seperti sekarang. Namun, secara teknis, penataannya harus diperbaiki segera. Dinamika pasar tidak bisa menunggu, ia akan terus bergulir sesuai dengan kebutuhan zamannya. Depok harus mengubah jalan utama penghubung dengan Jakarta ini lebih layak untuk dilalui. Tidak saja oleh kendaraan, melainkan juga pedestrian," urai Marco kepada Kompas.com, Jumat (13/9/2013).
Sementara Staf Pengajar Tata Ruang pada Departemen Geografi, F-MIPA, Universitas Indonesia, Tarsoen Wiryono, mengusulkan agar Jl Raya Margonda diubah menjadi Malioboronya Depok. Karena di sepanjang jalur ini terdapat perkampungan mahasiswa, sehingga Depok disebut sebagai kota satelit mahasiswa.
'"Malioboro Margonda" memanjang mulai dari perbatasan atau pintu utara Universitas Indonesia hingga ke selatan yang berbatasan dengan Citayam. Bundarannya terdapat di dekat Balaikota Depok. Margonda harus segera berubah wajah, tidak ada lagi kendaraan bermotor yang bisa melintasinya. "Malioboro Margonda" hanya untuk pejalan kaki dan penikmat seni, arsitektur serta budaya.
Setelah Margonda dibenahi, langkah selanjutnya yang bisa segera diimplementasikan adalah pengintegrasian jalur dan moda transportasi. Depok memiliki keuntungan karena memiliki Ciliwung, Margonda dan Rel Kereta. Ketiganya harus sinergis dan saling mendukung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar