Bersama dengan meningkatnya popularitas ponsel pintar, pasar kamera saku digital alias compact camera semakin tenggelam. Selama lima bulan pertama 2013 saja, angka pengapalan kamera saku secara global menurun 42 persen, menurut grup industri Camera and Imaging Products Association yang berbasis di Tokyo, Jepang, sebagaimana dikutip AllThingsD.
Data lainnya dari IDC sama-sama memprihatinkan. Menurut firma riset pasar ini, pasar kamera digital mencapai puncaknya pada 2010 dengan angka penjualan 144 juta unit. Tahun ini, angka tersebut bisa menciut menjadi hanya 102 juta.
Penurunan terbesar terjadi di segmen kamera saku, yang tahun ini diperkirakan turun menjadi 80 juta unit, dari sebayak 132 juta unit tiga tahun lalu. "Ini adalah contoh klasik dari industri yang tak mampu menyesuaikan diri dengan permintaan konsumen," ujar analis pencitraan digital IDC Christopher Chute.
Kebanyakan Kamera digital hingga kini merupakan perangkat stand alone yang tidak memiliki konektivitas internet, misalnya lewat WiFi. Dari enam kamera yang akan dikapalkan tahun ini, hanya satu yang dilengkapi dengan fitur WiFi, menurut IDC.
Akibatnya, Konsumen semakin banyak yang memilih unkuk menjepret foto dengan ponsel pintar dibandingkan kamera digital. "Kami mulai melihat orang-orang memakai smartphone untuk berbagi foto. Ketertarikan konsumen juga bergeser ke arah situ," tutur Mistuo Matsudaira, eksekutif Canon yang bertanggung jawab mengatur stategi kamera saku.
Jumlah foto yang dijepret pun meningkat tajam. Menurut Fujifilm, setiap tahunnya ada 1,6 triliun foto yang diambil dengan ponsel pintar, kamera digital, dan perangkat lainnya. Bandingkan dengan tahun 2000 —yaitu masa jaya kamera film— di mana hanya terdapat sekitar 100 miliar foto yang diambil per tahun.
Makin mahal
Lalu, bagaimana para produsen kamera digital bereaksi atas kondisi pasar yang berubah? Banyak di antara mereka memiliki ide yang sama, yaitu memangkas model-model kamera saku dan mengalihkan fokus untuk mendapat profit dari kamera-kamera yang lebih mahal, seperti kamera dengan optical zoom lebih dari 10x atau yang memiliki sensor berukuran besar.
Fujifilm, misalnya, berencana mengurangi jumlah model kamera digital dari 20 buah menjadi hanya setengahnya. Model-model murah dibatasi, sementara model premium diperkuat. Sementara, Panasonic mengatakan bakal mengurangi model kamera "entry level". Langkah yang sama juga akan diambil oleh Olympus.
Bulan lalu, Sony menyatakan akan menarget konsumen high-end lewat rangkaian kamera premium, seperti RX1R yang menanamkan sensor full-frame dalam bodi ringkas. Kamera model ini tidak murah, harganya mencapai 2.800 dollar AS per unit. Sony mengatakan bahwa harga rata-rata kamera digital telah naik lebih dari 20 persen pada kuartal pertama 2013.
Posisi Sony dalam hal ini terbilang unik karena produsen tersebut meningkatkan kualitas sensor kamera ponsel pintar yang dibuatnya sehingga menggerus pasar kamera digital miliknya sendiri.
Adapun Canon juga berencana fokus ke model-model kamera "dengan harga lebih tinggi", tapi pabrikan ini juga mengatakan bahwa tujuannya bukanlah bersaing dengan ponsel pintar, melainkan bekerja sama dengan perangkat pintar itu.
Kamera PowerShot N bikinan Canon, misalnya, dirancang agar mudah tersambung dengan ponsel pintar dan membagi-bagi foto lewat internet. Kamera ini juga dilengkapi berbagai macam filter foto yang familiar dengan konsumen mobile. "Tugas kamera adalah mengambil foto bagus," ujar Matsudaira. "Kami tak ingin bersaing dengan smartphone."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar