Jumat, 01 November 2013

Indonesia Mengajar Siap Berbagi "Resep"

Indonesia Mengajar menyatakan terbuka untuk pihak lain yang ingin melakukan gerakan serupa di tempatnya masing-masing. Bahkan, Indonesia Mengajar siap berbagi "resep" jika ada gerakan serupa yang ingin dikembangkan.

Ketua Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar, Anies Baswedan mengatakan pihaknya terbuka terhadap gerakan-gerakan serupa yang ingin dikembangkan dalam basis komunitas atau daerah.

"Kami terbuka sekarang kepada siapa pun yang mau meniru gerakan ini. Yang mau belajar keuangannya boleh, metodenya, manajemennya, trainingnya, boleh semuanya dipelajari supaya terus menular," tuturnya dalam talkshow bertajuk "Membangun Future Leaders Indonesia melalui Pendidikan" usai penandatanganan nota kesepahaman antara Kompas Gramedia dan Indonesia Mengajar di Hotel Santika, Kamis (30/5/2013).

Rektor Universitas Paramadina ini mengaku sudah mengetahui sejumlah gerakan serupa di tingkat kampus, kota bahkan di tingkat kabupaten, seperti IPB Mengajar yang dikembangkan para mahasiswa Institut Pertanian Bogor atau UGM Mengajar di Yogyakarta. Kini, juga diketahuinya gerakan serupa dengan nama berbeda, misalnya London School of Public Relation (LSPR) Peduli Pendidikan dan Tanimbar Movement di Kepulauan Tanimbar di Provinsi Maluku.

Anies menyambut baik munculnya gerakan-gerakan tersebut karena dampak baik ke dunia pendidikan justru akan lebih cepat tersebar. 

"Saya tahu itu ada IPB mengajar, ITB mengajar, UGM mengajar, UI mengajar, sekarang LSPR. Tak penting namanya apa, tak penting siapa yang mulai duluan. Yang penting semua turun tangan. Datang saja ke Indonesia Mengajar, kita siap berbagi," tegasnya.

Namun, untuk tetap menjaga gerakan ini tetap pada relnya, yaitu ketulusan, Anies menyarankan untuk tetap menyelenggarakan gerakan ini berbasis pada para relawan.

"Kami selalu menganjurkan, kegiatan seperti ini panggil sukarelawan. Jangan wajibkan karena sukarelawan berangkat karena panggilan hati. Maka dia akan datang dengan hati. Kalau datang dengan hati, impactnya luar biasa," tuturnya.

"Saya selalu tekankan kepada para pengajar muda, Anda tidak dibayar. Bukan karena Anda tidak bernilai, tetapi karena Anda tidak ternilai. Jangan diwajibkan karena begitu diwajibkan, insentifnya itu adalah lebih bangga kalau berhasil menghindar. Kalau memang mau, jadikan ini sebagai sesuatu yang terhormat," tambahnya lagi.

Selain itu, Anies menyarankan agar setiap gerakan menemukan partner yang sehati dalam mengelola gerakan tersebut. Ide tanpa partner yang sehati hanya akan berjalan tertatih-tatih.

Dalam perjalanannya, Indonesia Mengajar menggandeng sejumlah partner. Dari pemerintah, Anies mengaku hanya meminta satu kata, "restu".

"Pastikan anda punya partner yg sehati dgn kegiatan ini, kalau tidak repot kita," tandasnya kemudian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar