Meski telah dianugerahi gelar pahlawan nasional, kondisi tempat kelahiran WR Soepratman di Dusun Trembelang, Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Purworejo cukup memprihatinkan. Walau sudah menjalani beberapa rehabilitasi, masih diperlukan banyak perbaikan.
“Instalasi listrik sudah dipasang, namun sampai sekarang belum ada sambungan listrik,” kata Panut Maryono, penjaga monumen kelahiran WR Soepratman, Jumat (9/11/2012).
Rumah joglo sederhana yang terletak di kawasan perbukitan Dusun Trembelang, lanjutnya, belum lama ini direhabilitasi. Awalnya, rumah tersebut ditempati seorang kerabat WR Soepratman. Namun, sekitar 2007, Pemkab Purworejo berinisiatif membeli tanah dan rumah tersebut.
Akhirnya, pada 5 Oktober 2008, rumah selesai direnovasi dengan mengganti atap, dinding, dan halaman rumah yang terletak di perbukitan diperkuat.
“Yang masih asli ya dua soko di bagian samping timur rumah. Namun, secara umum kondisi rumah memang dibuat seperti aslinya,” jelas Panut.
Di dalam bangunan rumah sederhana berukuran sekitar 8x5 meter, terdapat beberapa ruangan. Namun, isinya tidak banyak. Hanya, di ruangan utama terdapat beberapa memorabilia sang komponis. Beberapa informasi seputar pencipta lagu kebangsaan terpajang dalam bingkai rapi.
“Yang itu memang disediakan oleh pemerintah daerah,” imbuh Panut.
Dengan membaca belasan bingkai cerita, pengunjung akan mudah memahami perjalanan hidup sang komponis.
Kisah kehidupan WR Soepratman yang dilahirkan dari ibu bernama Senen, memang menggugah perasaan. Sewaktu sang ibu mengandungnya, ayahnya terlibat hubungan dengan wanita lain.
Sang ibu yang merasa sakit hati kemudian pulang ke daerah asalnya, Somongari. Belum cukup penderitaan mendera, sewaktu berumur tujuh tahun, Wage, nama kecil WR Soepratman, harus kehilangan ibunya. Sejak saat itu, ia ikut kakak perempuannya.
Sewaktu ikut kakaknya itulah, ia mendapatkan tambahan nama 'Rudolf', karena berhasil memerankan tokoh Rudolf dalam suatu pementasan drama. Setelah perjuangan panjang bersama rekan-rekannya, ia berhasil menciptakan lagu Indonesia Raya. Dengan berani ia memperdengarkan lagu tersebut.
WR Soepratman meninggal dunia di Surabaya pada 17 Agustus 1938. Ia telah melahirkan beberapa karya lagu, di antaranya Indonesia Raya yang ia ciptakan pada 1924. Lagu tersebut baru dikumandangkan saat penutupan Kongres Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928.
Soekoso DM, budayawan Purworejo, menyatakan prihatin atas kondisi rumah kelahiran WR Soepratman.
“Kondisi lingkungan tempat monumen kelahiran tersebut, saya rasa masih belum pas untuk ukuran pahlawan nasional,” ucapnya melalui sambungan telepon.
Ia berharap, pemerintah pusat dan daerah lebih memerhatikan tempat tersebut. Bagaimanapun juga, WR Soepratman merupakan seorang yang berjasa dalam berdirinya Indonesia.
Karena itu, sudah seharusnya perhatian diberikan kepada tempat yang sangat penting dan bersejarah tersebut. (*)
“Instalasi listrik sudah dipasang, namun sampai sekarang belum ada sambungan listrik,” kata Panut Maryono, penjaga monumen kelahiran WR Soepratman, Jumat (9/11/2012).
Rumah joglo sederhana yang terletak di kawasan perbukitan Dusun Trembelang, lanjutnya, belum lama ini direhabilitasi. Awalnya, rumah tersebut ditempati seorang kerabat WR Soepratman. Namun, sekitar 2007, Pemkab Purworejo berinisiatif membeli tanah dan rumah tersebut.
Akhirnya, pada 5 Oktober 2008, rumah selesai direnovasi dengan mengganti atap, dinding, dan halaman rumah yang terletak di perbukitan diperkuat.
“Yang masih asli ya dua soko di bagian samping timur rumah. Namun, secara umum kondisi rumah memang dibuat seperti aslinya,” jelas Panut.
Di dalam bangunan rumah sederhana berukuran sekitar 8x5 meter, terdapat beberapa ruangan. Namun, isinya tidak banyak. Hanya, di ruangan utama terdapat beberapa memorabilia sang komponis. Beberapa informasi seputar pencipta lagu kebangsaan terpajang dalam bingkai rapi.
“Yang itu memang disediakan oleh pemerintah daerah,” imbuh Panut.
Dengan membaca belasan bingkai cerita, pengunjung akan mudah memahami perjalanan hidup sang komponis.
Kisah kehidupan WR Soepratman yang dilahirkan dari ibu bernama Senen, memang menggugah perasaan. Sewaktu sang ibu mengandungnya, ayahnya terlibat hubungan dengan wanita lain.
Sang ibu yang merasa sakit hati kemudian pulang ke daerah asalnya, Somongari. Belum cukup penderitaan mendera, sewaktu berumur tujuh tahun, Wage, nama kecil WR Soepratman, harus kehilangan ibunya. Sejak saat itu, ia ikut kakak perempuannya.
Sewaktu ikut kakaknya itulah, ia mendapatkan tambahan nama 'Rudolf', karena berhasil memerankan tokoh Rudolf dalam suatu pementasan drama. Setelah perjuangan panjang bersama rekan-rekannya, ia berhasil menciptakan lagu Indonesia Raya. Dengan berani ia memperdengarkan lagu tersebut.
WR Soepratman meninggal dunia di Surabaya pada 17 Agustus 1938. Ia telah melahirkan beberapa karya lagu, di antaranya Indonesia Raya yang ia ciptakan pada 1924. Lagu tersebut baru dikumandangkan saat penutupan Kongres Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928.
Soekoso DM, budayawan Purworejo, menyatakan prihatin atas kondisi rumah kelahiran WR Soepratman.
“Kondisi lingkungan tempat monumen kelahiran tersebut, saya rasa masih belum pas untuk ukuran pahlawan nasional,” ucapnya melalui sambungan telepon.
Ia berharap, pemerintah pusat dan daerah lebih memerhatikan tempat tersebut. Bagaimanapun juga, WR Soepratman merupakan seorang yang berjasa dalam berdirinya Indonesia.
Karena itu, sudah seharusnya perhatian diberikan kepada tempat yang sangat penting dan bersejarah tersebut. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar