Senin, 18 Februari 2013

Memahami Ritme Sebuah Persahabatan


Oleh: Untung Wahyudi
Judul Buku : Seoul, I Miss You
Penulis : Christina Juzwar
Penerbit : Bentang Belia
Cetakan : I, November 2012
Tebal  : viii + 248 Halaman

Memahami sebuah persahabatan memang cukup rumit. Ada banyak teka-teki dan rahasia tersimpan di balik persahabatan yang terjalin di antara dua makhluk. Kadang, persahabatan itu indah, penuh warna dan pengorbanan. Namun, terkadang juga persahabatan itu penuh intrik, persaingan, serta problematika yang kerap terjadi.
Tak selamanya persahabatan itu indah.
Mungkin, kalimat itu sangat cocok untuk menggambarkan kisah persahabatan dalam novel Seoul, I Miss You karya Christina Juzwar ini.
Alexandra tak pernah menduga bahwa dia akan bertemu dengan seorang sahabat yang mampu mengubah sifat pendiam dan pemalunya di sekolah. Sebelum di kelasnya kedatangan siswa baru asal Seoul, Korea Selatan bernama Jae Yun, Alexa dikenal sebagai cewek yang pendiam. Kuper (kurang pergaulan), kata sebagian besar temannya.
Sebenarnya Alexa menyadari kelemahan dirinya yang kurang bisa bergaul. Dia selalu grogi ketika berhadapan dengan makhluk laki-laki yang dianugerahi Tuhan kegantengan. Untunglah dia mengalihkan kesendiriannya di kelas dengan buku gambar yang sering dibawanya untuk menggambar sketsa dan menenggelamkan diri dalam ruang imajinasinya. Sampai akhirnya, datanglah cowok bermata sipit yang—karena tidak ada pilihan lain—harus duduk sebangku dengannya.
Sifat pemalu dan grogi yang selama ini dimiliki Alexa semakin parah ketika setiap hari harus berdekatan dengan cowok ganteng yang menjadi sorotan hampir semua cewek di sekolahnya itu.
Meskipun setiap hari duduk sebangku, Alexa tidak berani bertegur sapa dengan Jae Yun. Pun untuk sekadar ‘say hello’ setiap mereka bertemu di kelas. Hingga akhirnya, suatu hari Jae Yun menawari Alexa ketika dia hendak membeli jajan di kantin. Dan, diam-diam Alexa merasa penasaran dengan siswa baru yang dingin seperti patung salju itu (halaman 9)
Jae Yun sebenarnya berdarah Indonesia. Papanya asli Indonesia, makanya tidak heran jika Jae Yun merasa akrab dengan negara kelahiran Appa-nya itu. Jae Yun sering bosan dengan sekolah yang baru disinggahinya. Atas saran Ahjumma Ha Ra, kakak perempuan Mamanya, Jae Yun pindah sekolah ke Indonesia saat duduk di kelas Dua Belas. Ahjuma Ha Ra berharap, Jae Yun betah dan bertahan di sekolah barunya sampai keponakannya itu lulus.
Sebagaimana Ha Ra, Jae Yun juga menyukai musik piano. Di mata Ahjuma-nya Jae Yun sudah mampu menguasai permainan musik piano, sehingga dia merasa keponakannya pantas menggantikannya untuk mengajar les ketika dia berhalangan mengajar (halaman 18).
Dan, Jae Yun tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya ketika murid les piano yang akan diajarinya adalah cewek pendiam yang duduk sebangku dengannya di sekolah; Alexandra. Alexa pun terkejut, karena kata Mamanya, guru les itu bernama Ha Ra. Tapi, kenapa justru yang ada di hadapannya itu si patung salju?
Sejak pertemuan di rumah Jae Yun dalam les piano, Alexa baru menyadari bahwa Jae Yun juga penyuka musik sehingga oleh bibinya diberi kepercayaan untuk menggantikannya mengajar piano.
Kedekatan antara Jae Yun dan Alexa mulai terlihat sejak mereka bertemu dalam les dan sempat membuat beberapa temannya kaget bukan kepalang. Mereka heran, kenapa cewek sekuper Alexa bisa dekat dengan cowok yang mirip bintang film Korea itu? Yang paling merasa tersaingi adalah Zola dan Nina, dua cewek yang selama ini mengincar Jae Yun sejak kehadirannya di sekolah.
Novel ini menjadi novel remaja kesekian yang “berbau” Korea. Sejak kehadiran Korean Pop di Tanah Air beberapa tahun lalu, demam Korea seolah-olah merajai industri hiburan di Indonesia. Dari musik, bermunculannya grup boyband-girlband, hingga novel. Semua yang beraroma Korea akan diburu penggemar.
Novel ini cukup menarik untuk dikupas dan diperbincangkan karena tidak semata-mata membahas K-Pop seperti novel-novel jenis Teenlit lainnya. Novel ini memotret sisi lain persahabatan dunia remaja, terutama tentang bagaimana seseorang menyukai musik.
Melalui novel ini pembaca akan sedikit tahu tentang trik bermain piano dengan baik. Menurut Jae Yun waktu pertama kali mengajari Alexa, belajar piano itu harus dimulai dari tangga nada. Karena tangga nada berfungsi untuk melemaskan jari-jari pemain piano (halaman 38).
Namun, Alexa bosan jika harus memulai kursus piano dari dasar. Dia ingin langsung bermain dengan lagu, terutama pop. Selama ini Alexa memang ingin menguasai musik yang menjadi soundtrack film Waltz Disney. Tapi, Jae Yun berusaha menjelaskan bahwa, untuk bisa bermain musik pop, terlebih dahulu seseorang harus bisa dan mengerti Schmitt dan musik klasik. Menurut Jae Yun, Schmitt hampir sama dengan tangga nada, yaitu untuk melemaskan jari dan membiasakan tangan dan jari di tuts piano (halaman 40).
Salah satu poin penting dari novel ini adalah; kisah dalam novel ini secara tidak langsung membantu para pecinta musik piano untuk mendalami dan mempelajari lewat pemaparan-pemaparan meteri dasar yang disampaikan oleh tokoh bernama Jae Yun.
Selain itu, membaca novel setebal 248 halaman ini, pembaca juga bisa memahami makna sebuah jalinan persahabatan. Bahwa persahabatan itu bisa terjalin dengan baik lewat berbagai macam perantara, salah satunya lewat kesamaan hobi di antara dua sahabat. [*]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar