LETAK Pulau Sumbawa di Nusa Tenggara Barat sangat strategis. Di sebelah barat bertetangga dengan Lombok dan Bali. Di sebelah timur terbentang Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Dari sisi pariwisata, lokasi Sumbawa sangat menguntungkan. Wisatawan dari Bali yang ingin ke Labuan Bajo (Flores) melalui jalan darat untuk melihat binatang komodo pasti akan melewati Sumbawa. Demikian juga sebaliknya.
Untuk wisata bahari, Kabupaten Sumbawa sudah menyiapkan beragam obyek wisata, salah satunya, Pulau Moyo seluas 32.044,86 ha. Untuk menjangkau pulau yang dikenal dengan wisata pantainya ini, wisatawan harus menyeberang dari Pulau Sumbawa sekitar 2 jam. Bagi turis asing, keberadaan Moyo di utara Pulau Sumbawa, sayang untuk dilewatkan.
Bahkan kapal phinisi yang kerap membawa rombongan turis asing biasanya setelah mengunjungi Labuan Bajo (Flores) saat kembali menuju Gili Trawangan (Lombok), selalu mampir di Pulau Moyo untuk mendatangi air terjun Diwu Mbai dan Mata Jitu. Bagi mereka yang hobi diving dan snorkeling tak akan melewatkan kesempatan untuk menikmati keindahan bawah laut Pulau Moyo yang memesona. Saat ini kunjungan wisatawan luar negeri dan domestik semakin meningkat ke Moyo. Menurut Salahuddin, staf Kantor Desa Labuan Aji, jumlah wisatawan ke Moyo pada 2012 tercatat 3.400 orang.
Bagi wisatawan dalam negeri yang hobi snorkeling, ketika berlibur ke Moyo, jangan lupa luangkan waktu menikmati senja hari saat matahari terbenam (sunset) di Takat Sagele. Kalau dilihat dari Desa Labuhan Aji, apalagi saat air surut, Takat Sagele seperti bukit yang muncul di permukaan laut. Pulau ini terbentuk dari gundukan terumbu karang, koral mati dan pasir. Untuk menuju ke sana menggunakan perahu nelayan membutuhkan waktu sekitar 15-20 menit.
"Saya sering mengantarkan tamu ke sini untuk snorkeling atau diving di perairan Takat Sagele. Pemandangan (bawah laut) sangat bagus," kata Widijatmoko -- akrab disapa Erick -- pengelola www.pulaumoyo.com yang mengantarkan kami selama berada di Pulau Moyo, Kamis (17/10/2013).
"Ayo snorkeling. Rugi kalau tidak snorkeling di sini," ujar Erick.
Pantai di Pulau Moyo, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Tanpa buang waktu lagi, Akhmad Zulfikri, Humas Merpati Nusantara Airlines langsung mengenakan pelampung dan memasang masker bersiap-siap untuk melihat seperti apa keindahan karang dan ikan-ikan di Takat Sagele. Sementara blogger, Barry Kusuma tampak sibuk memotret keindahan senja di pulau karang ini.
Keberadaan karang di Takat Sagele masih terjaga. Walaupun hanya snorkeling, namun pemandangan bawah laut di sini sangat memesona. Ikan-ikan warna-warni meliuk-liuk di batu karang sehingga sayang kalau cepat-cepat angkat kaki dari pulau karang ini.
Duduk di pulau karang sembari memandang ke ufuk barat menyaksikan matahari tenggelam ke peraduan adalah momen sangat istimewa. Bayangkan duduk di pulau yang sepi tanpa diganggu suara selain angin dan ombak adalah suasana yang sangat jarang diperoleh.
"Kalau tak ada awan, kita bisa lihat matahari di belakang Gunung Rinjani," kata Erick.
Takat Sagele di Pulau Moyo, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.Meskipun tidak melihat Gunung Rinjani secara utuh karena tertutup awan, namun berada di Takat Sagele sudah merupakan pengalaman langka, menikmati senja di pulau karang nan sepi.
Selain Takat Sagele, Pulau Moyo juga memiliki banyak pantai yang layak dikunjungi wisatawan. Seluruh pantai di Moyo masih sangat alami dan belum begitu sering dijamah para pelancong. Sepanjang pantai barat Moyo didominasi oleh pasir putih. Sebaliknya pantai di sisi timur Moyo berpasir hitam.
Erick rutin mengantarkan tamu-tamunya mengunjungi pantai-patai tersebut saat kapal kembali ke Sumbawa. Idealnya berangkat pagi hari saat cuaca cerah dan ombak terlihat tenang. Keindahan pantai di Moyo tak perlu diragukan lagi. Kebersihan pantai terjamin. "Itu pantai Poto Jarum," kata Erick menunjuk pantai berpasir putih dan tak terlihat satu pun wisatawan pun di sana.
Menurut Erick, poto jarum berarti ujung jarum. Sepi, pasir putih, laut tenang. Tak aneh kalau tamu yang menginap di Amanwana Resort sering minta diantar ke Poto Jarum untuk berenang,snorkeling, dan berjemur.
Pantai di Pulau Moyo, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Setelah melewati Poto Jarum, sambil makan siang di atas kapal, wisatawan akan melewati pantai Raja Sua, Ai Manis dan Tanjung Pasir yang juga sama-sama berpasir putih.
Perhentian terakhir adalah pantai Tanjung Pasir. Ini merupakan titik terdekat Pulau Moyo menuju desa Ai Bari di Pulau Sumbawa. "Paling sekitar 30 menit menyeberang," kata Erick.
Di Tanjung Pasir, wisatawan diberi waktu untuk snorkeling sepuasnya. Terlihat hanya ada satu perahu sandar di sini. Tak jauh dari tepi pantai, tampak para pekerja bangunan sedang membuat Posko Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Nusa Tenggara Barat.
"Kata nakhoda kapal, anginnya semakin kencang. Kita harus segera kembali ke Sumbawa," kata Erick mengingatkan untuk segera mengakhiri snorkeling yang sudah berjalan sekitar satu jam di Tanjung Pasir. Kami pun segera kembali ke kapal. Tak lama kemudian kapal didorong ke tengah laut, mesin dihidupkan, dan kapal melaju menuju Sumbawa.
Untuk wisata bahari, Kabupaten Sumbawa sudah menyiapkan beragam obyek wisata, salah satunya, Pulau Moyo seluas 32.044,86 ha. Untuk menjangkau pulau yang dikenal dengan wisata pantainya ini, wisatawan harus menyeberang dari Pulau Sumbawa sekitar 2 jam. Bagi turis asing, keberadaan Moyo di utara Pulau Sumbawa, sayang untuk dilewatkan.
Bahkan kapal phinisi yang kerap membawa rombongan turis asing biasanya setelah mengunjungi Labuan Bajo (Flores) saat kembali menuju Gili Trawangan (Lombok), selalu mampir di Pulau Moyo untuk mendatangi air terjun Diwu Mbai dan Mata Jitu. Bagi mereka yang hobi diving dan snorkeling tak akan melewatkan kesempatan untuk menikmati keindahan bawah laut Pulau Moyo yang memesona. Saat ini kunjungan wisatawan luar negeri dan domestik semakin meningkat ke Moyo. Menurut Salahuddin, staf Kantor Desa Labuan Aji, jumlah wisatawan ke Moyo pada 2012 tercatat 3.400 orang.
BARRY KUSUMA
Takat Sagele di Pulau Moyo, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
"Saya sering mengantarkan tamu ke sini untuk snorkeling atau diving di perairan Takat Sagele. Pemandangan (bawah laut) sangat bagus," kata Widijatmoko -- akrab disapa Erick -- pengelola www.pulaumoyo.com yang mengantarkan kami selama berada di Pulau Moyo, Kamis (17/10/2013).
"Ayo snorkeling. Rugi kalau tidak snorkeling di sini," ujar Erick.
Keberadaan karang di Takat Sagele masih terjaga. Walaupun hanya snorkeling, namun pemandangan bawah laut di sini sangat memesona. Ikan-ikan warna-warni meliuk-liuk di batu karang sehingga sayang kalau cepat-cepat angkat kaki dari pulau karang ini.
Duduk di pulau karang sembari memandang ke ufuk barat menyaksikan matahari tenggelam ke peraduan adalah momen sangat istimewa. Bayangkan duduk di pulau yang sepi tanpa diganggu suara selain angin dan ombak adalah suasana yang sangat jarang diperoleh.
"Kalau tak ada awan, kita bisa lihat matahari di belakang Gunung Rinjani," kata Erick.
Selain Takat Sagele, Pulau Moyo juga memiliki banyak pantai yang layak dikunjungi wisatawan. Seluruh pantai di Moyo masih sangat alami dan belum begitu sering dijamah para pelancong. Sepanjang pantai barat Moyo didominasi oleh pasir putih. Sebaliknya pantai di sisi timur Moyo berpasir hitam.
Erick rutin mengantarkan tamu-tamunya mengunjungi pantai-patai tersebut saat kapal kembali ke Sumbawa. Idealnya berangkat pagi hari saat cuaca cerah dan ombak terlihat tenang. Keindahan pantai di Moyo tak perlu diragukan lagi. Kebersihan pantai terjamin. "Itu pantai Poto Jarum," kata Erick menunjuk pantai berpasir putih dan tak terlihat satu pun wisatawan pun di sana.
Menurut Erick, poto jarum berarti ujung jarum. Sepi, pasir putih, laut tenang. Tak aneh kalau tamu yang menginap di Amanwana Resort sering minta diantar ke Poto Jarum untuk berenang,snorkeling, dan berjemur.
Perhentian terakhir adalah pantai Tanjung Pasir. Ini merupakan titik terdekat Pulau Moyo menuju desa Ai Bari di Pulau Sumbawa. "Paling sekitar 30 menit menyeberang," kata Erick.
Di Tanjung Pasir, wisatawan diberi waktu untuk snorkeling sepuasnya. Terlihat hanya ada satu perahu sandar di sini. Tak jauh dari tepi pantai, tampak para pekerja bangunan sedang membuat Posko Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Nusa Tenggara Barat.
"Kata nakhoda kapal, anginnya semakin kencang. Kita harus segera kembali ke Sumbawa," kata Erick mengingatkan untuk segera mengakhiri snorkeling yang sudah berjalan sekitar satu jam di Tanjung Pasir. Kami pun segera kembali ke kapal. Tak lama kemudian kapal didorong ke tengah laut, mesin dihidupkan, dan kapal melaju menuju Sumbawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar