Sebagai maskapai penerbangan terbesar di Indonesia, Garuda Indonesia (GI) telah terbang melintasi nusantara bahkan benua sejak puluhan tahun lamanya. Berkatnya, jarak antar kota, pulau bahkan benua dapat ditempuh hanya dengan hitungan jam.
Di dalam negeri, GI dikenal sebagai maskapai yang memiliki pelayanan nomor wahid. Meski harga yang ditawarkan untuk satu orang penumpang dinilai tidak murah, hal itu sebanding dengan fasilitas yang diberikan. Ia pun tak kehilangan pelanggan setianya, malah justru semakin banyak.
Ya, GI memang telah menjadi simbol penerbangan nasional. Meski demikian, untuk menjadi salah satu maskapai bertaraf internasional dan terus dipercaya pelanggan, bukan perkara mudah.
Banyak penyegaran dan perawatan yang dilakukan oleh GI. Mulai dari perawatan pesawat, pelayanan makanan, hingga pelatihan kru. Hal demikian terbilang bukan hal sepele.
Kamis (31/10/2113) Kompas Travel mendapati kesempatan "membongkar" dapur GI. Mulai dari mengunjungi bengkel, ke tempat pengolahan makanan hingga sekolah bagi para awak kabin.
Dalam kegiatan bertajuk Field Trip bagi para Top 100 Travel Agent Partner ke Cengkareng dan Jakarta, ada tiga unit vital garuda yang ditelusuri. Ada Garuda Maintenance Facilities (GMF), Aero Catering Services (ACS) dan Garuda Indonesia Training Centre (GITC).
Mesin Pesawat Garuda Indonesia di Garuda Maintenance Facilities (GMF), Cengkareng
GMF dan ACS berada di lingkungan bandara. Sedangkan GITC ada di Jakarta tepatnya di Duri Kosambi. Ketiganya tidak ada yang terpenting atau tidak penting. Masing-masing memiliki peranannya sendiri dan berkesinambungan menjalankan fungsinya bersama-sama. Demi membuat GI tetap terbang tinggi.
Tempat pertama yang dikunjungi adalah Garuda Maintenance Facilities (GMF). Tidak hanya mobil yang punya bengkel, tetapi pesawat juga. Di GMF inilah bengkel pesawat. GMF terdiri dari ruangan besar tempat pengecekan mesin serta hanggar yang menjadi garasi pesawat.
Evi Sasmita dari GMF mengatakan, pada GMF ini menjadi tempat pengujian apakah pesawat layak untuk terbang. "Ada peraturan hingga mencapai jam tertentu, pesawat harus diturunkan lalu di cek mesinnya ke dalam GMF," kata Evi.
Sebagai tempat pengecekan pesawat terbesar di Bandara Soekarno Hatta, pesawat yang diuji bukan hanya GI. Namun juga maskapai penerbangan lain dari dalam dan luar negeri. Tentunya dengan membayar sejumlah harga. Pesawat-pesawat yang sedang dalam masa pengecekan bisa dilihat di hanggar pesawat.
Hanggar Garuda Indonesia di CengkarengDari bengkel pesawat, rombongan beralih ke dapur GI. Rute selanjutnya yaitu Aero Catering Service (ACS) merupakan tempat pemrosesan makanan yang disediakan bagi penumpang pesawat. ACS memang tidak melayani stok makanan GI saja. Tetapi seluruh maskapai dalam negeri lainnya. Pun maskapai luar negeri yang "berumah" di Cengkareng.
Sebagai tempat pengolahan makanan, pastilah kebersihan di sini sangat terjamin. Para pekerja maupun rombongan yang berkunjung diberikan pakaian khusus. Di dalam berupa blok-blok ruang yang memisahkan masing-masing pengolah makanan. Misal pengolahan daging, pembuatan kue, dan pemotongan buah.
ACS terdiri dari dua lantai. Lantai bawah sebagai tempat penyimpanan bahan kering makanan, sedangkan lantai atas sebagai pengolahan. Sayangnya, di dalam sini tidak diizinkan untuk mengambil gambar.
Setelah menegok bengkel dan makanan pesawat, kurang lengkap rasanya tanpa ikut menengok manusianya. Siapa lagi kalau bukan manusia pengedali pesawat. Awak kabin yang menjadi garda depan, membangun citra GI dengan senyum dan keramahan.
Seluruh kru GI baik itu awak kabin, karyawan bandara, mekanik, bahkan penyedia tiket pesawat yang berhubungan langsung dengan GI dilatih di GITC. GITC (Garuda Indonesia Training Centre) bisa disebut sebagai sekolah. Namanya sekolah, bangunannya menyerupai kampus dengan terdiri dari beberapa gedung terpisah.
Simulator Pesawat Garuda Indonesia di Garuda Indonesia Training Center (GITC) Duri Kosambi, Jakarta
Kru pesawat menempati gedung-gedung berbeda sesuai simolator yang disediakan. Selagi rombongan kami bertandang, kebetuan sedang ada pelatihan pramugari. Ternyata tak seperti yang dibayangkan. Pramugari yang terlihat ramah dengan pelayananannya mendapatkan pelatihan cukup menantang.
Mulai dari pelatihan bahasa, pelatihan pengamanan medis, ilmu penerbangan dan pelatihan keselamatan di udara.
Saat itu, para pramugari tersebut sedang berlatih simulasi pendaratan darurat di darat dan di laut dengan alat pengamanan yang tersedia di pesawat. Salah satu instrukur Garuda Indonesia Training Center, Ridwan mengatakan, perihal simulasi keselamatan memang harus dilatih. Agar awak kabin punya daya peka jika pesawat dalam keadaan berbahaya.
"Selama ini awak kabin hanya dilihat dari service. Kalau ada accident baru ketahuan sisi pramugarinya," kata Ridwan.
Berkunjung ke rumah Garuda Indonesia memakan waktu seharian. Membedah sisi lain dibalik kenyamanan pesawat sangat mengasyikkan. Memang maskapai tidak bisa berjalan sendirian. Banyak hal-hal pendukung pelayanan terbaik mereka. Bagaimanapun unit-unit usaha yang dipunyai GI menjadi salah satu tonggak agar GI terus mengudara dengan sayap tertingginya.
Di dalam negeri, GI dikenal sebagai maskapai yang memiliki pelayanan nomor wahid. Meski harga yang ditawarkan untuk satu orang penumpang dinilai tidak murah, hal itu sebanding dengan fasilitas yang diberikan. Ia pun tak kehilangan pelanggan setianya, malah justru semakin banyak.
Ya, GI memang telah menjadi simbol penerbangan nasional. Meski demikian, untuk menjadi salah satu maskapai bertaraf internasional dan terus dipercaya pelanggan, bukan perkara mudah.
Banyak penyegaran dan perawatan yang dilakukan oleh GI. Mulai dari perawatan pesawat, pelayanan makanan, hingga pelatihan kru. Hal demikian terbilang bukan hal sepele.
Kamis (31/10/2113) Kompas Travel mendapati kesempatan "membongkar" dapur GI. Mulai dari mengunjungi bengkel, ke tempat pengolahan makanan hingga sekolah bagi para awak kabin.
Dalam kegiatan bertajuk Field Trip bagi para Top 100 Travel Agent Partner ke Cengkareng dan Jakarta, ada tiga unit vital garuda yang ditelusuri. Ada Garuda Maintenance Facilities (GMF), Aero Catering Services (ACS) dan Garuda Indonesia Training Centre (GITC).
Tempat pertama yang dikunjungi adalah Garuda Maintenance Facilities (GMF). Tidak hanya mobil yang punya bengkel, tetapi pesawat juga. Di GMF inilah bengkel pesawat. GMF terdiri dari ruangan besar tempat pengecekan mesin serta hanggar yang menjadi garasi pesawat.
Evi Sasmita dari GMF mengatakan, pada GMF ini menjadi tempat pengujian apakah pesawat layak untuk terbang. "Ada peraturan hingga mencapai jam tertentu, pesawat harus diturunkan lalu di cek mesinnya ke dalam GMF," kata Evi.
Sebagai tempat pengecekan pesawat terbesar di Bandara Soekarno Hatta, pesawat yang diuji bukan hanya GI. Namun juga maskapai penerbangan lain dari dalam dan luar negeri. Tentunya dengan membayar sejumlah harga. Pesawat-pesawat yang sedang dalam masa pengecekan bisa dilihat di hanggar pesawat.
Sebagai tempat pengolahan makanan, pastilah kebersihan di sini sangat terjamin. Para pekerja maupun rombongan yang berkunjung diberikan pakaian khusus. Di dalam berupa blok-blok ruang yang memisahkan masing-masing pengolah makanan. Misal pengolahan daging, pembuatan kue, dan pemotongan buah.
ACS terdiri dari dua lantai. Lantai bawah sebagai tempat penyimpanan bahan kering makanan, sedangkan lantai atas sebagai pengolahan. Sayangnya, di dalam sini tidak diizinkan untuk mengambil gambar.
Setelah menegok bengkel dan makanan pesawat, kurang lengkap rasanya tanpa ikut menengok manusianya. Siapa lagi kalau bukan manusia pengedali pesawat. Awak kabin yang menjadi garda depan, membangun citra GI dengan senyum dan keramahan.
Seluruh kru GI baik itu awak kabin, karyawan bandara, mekanik, bahkan penyedia tiket pesawat yang berhubungan langsung dengan GI dilatih di GITC. GITC (Garuda Indonesia Training Centre) bisa disebut sebagai sekolah. Namanya sekolah, bangunannya menyerupai kampus dengan terdiri dari beberapa gedung terpisah.
Mulai dari pelatihan bahasa, pelatihan pengamanan medis, ilmu penerbangan dan pelatihan keselamatan di udara.
Saat itu, para pramugari tersebut sedang berlatih simulasi pendaratan darurat di darat dan di laut dengan alat pengamanan yang tersedia di pesawat. Salah satu instrukur Garuda Indonesia Training Center, Ridwan mengatakan, perihal simulasi keselamatan memang harus dilatih. Agar awak kabin punya daya peka jika pesawat dalam keadaan berbahaya.
"Selama ini awak kabin hanya dilihat dari service. Kalau ada accident baru ketahuan sisi pramugarinya," kata Ridwan.
Berkunjung ke rumah Garuda Indonesia memakan waktu seharian. Membedah sisi lain dibalik kenyamanan pesawat sangat mengasyikkan. Memang maskapai tidak bisa berjalan sendirian. Banyak hal-hal pendukung pelayanan terbaik mereka. Bagaimanapun unit-unit usaha yang dipunyai GI menjadi salah satu tonggak agar GI terus mengudara dengan sayap tertingginya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar