Siapapun tahu, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) memiliki berbagai museum untuk menyimpan dokumentasi sejarah dan budaya. aik berupa benda pun foto-foto.
Beberapa museum tidak hanya berbentuk bangunan biasa, namun memiliki bentuk unik. Salah satunya adalah Museum Keprajuritan. Museum ini layaknya benteng dengan dinding kokoh dari bata putih serta garis atap yang tegas.
Pintu masuk museum seperti gerbang masuk benteng sungguhan dengan dinding menjulang tinggi. Pintu kayu berbentuk lengkung pada atasnya. Museum ini berisi diorama, patung dan relief. Mengisahkan beberapa perjuangan perlawanan terhadap penjajah.
Termasuk juga koleksinya adalah tiruan senjata, pakaian perang, patung pahlawan serta formasi-formasi dalam perang. Di bagian atas benteng merupakan ruangan terbuka. Di sini juga ada tiruan meriam dengan ujung meriam mengarah keluar. Layaknya sedang berada di benteng sungguhan saat akan bertempur.
Kapal Phinisi dan Kapal Banten di Museum Keprajuritan TMIIDengan harga tiket masuk Rp 2.500, museum menjadi wisata edukasi bagi pengunjung, termasuk salah satunya Puji. Puji yang berasal dari Kebon Pala ini datang bersama kawannya. Dirinya menikmati berwisata di dalam museum.
"Bagus. Bisa tahu cerita perjuangan pahlawan Indonesia dalam mempertahankan NKRI dari penjajah. Patungnya juga mirip sama aslinya. Ibarat kata benar-benar kayak orang," kata Puji.
Namun sayangnya, lanjutnya, bangunan museum kurang terawat. Beberapa titik di museum kotor serta pencahayaan pada ruang pamer yang redup.
Meski demikian, hal lain yang menarik perhatian dari museum ini adalah halaman museum. Halaman dikelilingi oleh air, seperti sebuah danau. Di sana juga ada dua buah kapal, Kapal Phinisi dan Kapal Banten.
Kapal Phinisi berdiri gagah dengan tiang-tiang menjulang disertai layar. Lambung kapal didominasi warna putih. Sedangkan Kapal Banten berada berhadapan dengan Phinisi. Bentuknya pun berbeda.
Kapal Banten didominasi warna cokelat. Anjungan kapal terdapat atap lengkung dengan dipancang sebuah tiang tinggi. Serunya, pengunjung bisa naik di kedua kapal ini. Merasakan layaknya seperti berlayar di kapal sungguhan.
JPuji pun tak ketinggalan untuk menjajal naik ke dalam perahu. Menurutnya dengan menghadirkan perahu di tengah danau ini merupakan ide menarik dan kreatif. Sekadar tambahan, dirinya memiliki ide untuk menjadikan perahu tersebut sebagai museum.
"Tapi lebih bagus ada ruangannya di perahu itu, ruangannya bisa dijadikan museum juga," ujarnya.
Museum Keprajuritan TMII berada di atas lahan 4,5 hektar dengan luas bangunan 7.545 meter. Museum diresmikan pada tanggal 5 Juli 1987 oleh (saat itu) Presiden Soeharto.
Beberapa museum tidak hanya berbentuk bangunan biasa, namun memiliki bentuk unik. Salah satunya adalah Museum Keprajuritan. Museum ini layaknya benteng dengan dinding kokoh dari bata putih serta garis atap yang tegas.
Pintu masuk museum seperti gerbang masuk benteng sungguhan dengan dinding menjulang tinggi. Pintu kayu berbentuk lengkung pada atasnya. Museum ini berisi diorama, patung dan relief. Mengisahkan beberapa perjuangan perlawanan terhadap penjajah.
Termasuk juga koleksinya adalah tiruan senjata, pakaian perang, patung pahlawan serta formasi-formasi dalam perang. Di bagian atas benteng merupakan ruangan terbuka. Di sini juga ada tiruan meriam dengan ujung meriam mengarah keluar. Layaknya sedang berada di benteng sungguhan saat akan bertempur.
"Bagus. Bisa tahu cerita perjuangan pahlawan Indonesia dalam mempertahankan NKRI dari penjajah. Patungnya juga mirip sama aslinya. Ibarat kata benar-benar kayak orang," kata Puji.
Namun sayangnya, lanjutnya, bangunan museum kurang terawat. Beberapa titik di museum kotor serta pencahayaan pada ruang pamer yang redup.
Meski demikian, hal lain yang menarik perhatian dari museum ini adalah halaman museum. Halaman dikelilingi oleh air, seperti sebuah danau. Di sana juga ada dua buah kapal, Kapal Phinisi dan Kapal Banten.
Kapal Phinisi berdiri gagah dengan tiang-tiang menjulang disertai layar. Lambung kapal didominasi warna putih. Sedangkan Kapal Banten berada berhadapan dengan Phinisi. Bentuknya pun berbeda.
Kapal Banten didominasi warna cokelat. Anjungan kapal terdapat atap lengkung dengan dipancang sebuah tiang tinggi. Serunya, pengunjung bisa naik di kedua kapal ini. Merasakan layaknya seperti berlayar di kapal sungguhan.
"Tapi lebih bagus ada ruangannya di perahu itu, ruangannya bisa dijadikan museum juga," ujarnya.
Museum Keprajuritan TMII berada di atas lahan 4,5 hektar dengan luas bangunan 7.545 meter. Museum diresmikan pada tanggal 5 Juli 1987 oleh (saat itu) Presiden Soeharto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar