Taman Mini Indonesia Indah bisa menjadi contoh bagi dunia tentang cara melestarikan sekaligus merepresentasikan kebudayaan dari suatu bangsa. Sebagai nomine Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) untuk Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda yang Dipraktikkan, TMII menghadapi tantangan bagaimana mengembangkan tempat itu agar bisa merepresentasikan kebudayaan sesuai konteksnya.
”TMII merupakan upaya pelestarian kebudayaan dari berbagai suku bangsa di Indonesia. Melalui kegiatan budaya di TMII, masyarakat dunia bisa memahami keunikan dan keragaman budaya Indonesia,” kata Seong- Yong Park, pakar dunia tentang warisan budaya sekaligus Wakil Dirjen Intangible Cultural Heritage in the Asia-Pacific Region (ICHCAP), Selasa (21/1/2014), dalam Pemaparan Konvensi 2003 UNESCO dan Makna Nominasi TMII sebagai Best Practises.
Park mengatakan, pendirian TMII adalah sebuah strategi untuk memperkenalkan Indonesia yang begitu luas dan budayanya sangat beragam. ”Mereka yang tidak bisa melihat Indonesia secara keseluruhan, bisa melihatnya di TMII,” kata Park.
Taman Mini Indonesia Indah
Sejak 2011, pemerintah berupaya memasukkan TMII sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO untuk kategori Best Practice. Hingga sekarang, tak kunjung ada penetapan dari UNESCO. Menurut Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Kebudayaan Wiendu Nuryanti, TMII masih harus dievaluasi oleh lembaga independen dunia, seperti ICHCAP, agar bisa diterima UNESCO.
Dirjen Kebudayaan Kemdikbud Kacung Marijan mengatakan, TMII perlu dibuat dalam bentuk virtual sehingga masyarakat di daerah yang tidak berkesempatan datang ke Jakarta bisa ”melihat” TMII.
Wiendu menambahkan, tantangan bagi TMII adalah pengembangannya agar selalu menarik masyarakat dan semakin banyak keragaman budaya Indonesia yang bisa digali. (IND)
”TMII merupakan upaya pelestarian kebudayaan dari berbagai suku bangsa di Indonesia. Melalui kegiatan budaya di TMII, masyarakat dunia bisa memahami keunikan dan keragaman budaya Indonesia,” kata Seong- Yong Park, pakar dunia tentang warisan budaya sekaligus Wakil Dirjen Intangible Cultural Heritage in the Asia-Pacific Region (ICHCAP), Selasa (21/1/2014), dalam Pemaparan Konvensi 2003 UNESCO dan Makna Nominasi TMII sebagai Best Practises.
Park mengatakan, pendirian TMII adalah sebuah strategi untuk memperkenalkan Indonesia yang begitu luas dan budayanya sangat beragam. ”Mereka yang tidak bisa melihat Indonesia secara keseluruhan, bisa melihatnya di TMII,” kata Park.
Dirjen Kebudayaan Kemdikbud Kacung Marijan mengatakan, TMII perlu dibuat dalam bentuk virtual sehingga masyarakat di daerah yang tidak berkesempatan datang ke Jakarta bisa ”melihat” TMII.
Wiendu menambahkan, tantangan bagi TMII adalah pengembangannya agar selalu menarik masyarakat dan semakin banyak keragaman budaya Indonesia yang bisa digali. (IND)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar