Tekanan darah dan kadar kolesterol umumnya digunakan sebagai indikator dalam mengukur risiko serangan jantung dan stroke. Namun menurut penelitian baru, mengukur kadar kalsium dalam arteri dapat menjadi indikator yang lebih baik.
Penelitian tersebut mengatakan, cara pengukuran tradisional dengan tekanan darah dan kolesterol dapat memberikan hasil yang keliru sehingga seringkali pasien mendapatkan peresepan obat yang tidak perlu, misalnya obat penurun kolesterol statin. Ini artinya, banyak orang dengan risiko serangan jantung dan stroke rendah namun tetap minum obat yang sebenarnya tidak mereka butuhkan.
Sebaliknya, penelitian menyebutkan, tabungan kalsium dalam arteri yang terdeteksi dalam CT Scan dapat memberikan hasil yang lebih akurat. Menurut para peneliti, orang yang dengan sedikit atau tidak memiliki tabungan kalsium dalam arterinya, risiko serangan jantung dan stroke sangat kecil.
Lantaran risiko yang kecil tersebut, peneliti berpendapat, orang-orang itu hanya butuh saran perubahan gaya hidup, namun tidak perlu sampai mengonsumsi obat secara rutin.
Kalsium yang terdapat di arteri dapat memicu kalsifikasi plak. Hal tersebut dapat menghasilkan pengerasan pembuluh darah yang menjadi salah satu pemicu serangan jantung.
Hasil temuan penelitian terbaru yang dipublikasi dalam European Heart journal itu pun dipercaya menambah bukti pemindaian kalsium dalam pembuluh darah sebagai salah satu cara untuk memprediksi risiko serangan jantung.
Penelitian tersebut melibatkan hampir 7.000 peserta yang telah melalui pengukuran risiko serangan jantung secara tradisional yaitu dengan kadar kolesterol, tekanan darah, dan gaya hidup. Mereka juga menjalani pemindaian kalsium pada arterinya. Kemudian, mereka diikuti selama tujuh tahun.
Peneliti studi Roger Blumenthal, profesor kedokteran dan direktur di Johns Hopkins Ciccarone Center mengatakan, 15 persen orang yang dinyatakan memiliki risiko kecil serangan dan jantung dengan pengukuran tradisional ternyata mendapatkan nilai yang tinggi untuk kandungan kalsium dalam pembuluh darahnya. Dan hasilnya, setelah diikuti selama tujuh tahun, risiko mereka tinggi.
"Di lain sisi, 35 persen peserta yang dinyatakan risiko tinggi dan harus minum obat-obatan seperti aspirin dan statin tidak memiliki kalsium pada arteri mereka. Hasilnya risiko mereka sangat kecil setelah tujuh tahun," ungkapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar