Ketua Badan Promosi Pariwisata Indonesia Solo (BPPIS) Hidayatullah Al Banjari mengatakan pertumbuhan hotel berbintang di Solo tidak sebanding dengan jumlah wisatawan yang menginap selama lima tahu terakhir ini.
Hidayatullah Al Banjari pada wartawan di Solo, Senin (20/1/2014), mengatakan, selama lima tahun terakhir ini pertumbuhan jumlah hotel berbintang di Solo luar biasa dan mencapai sekitar 180 persen, sedangkan untuk hotel non-bintang mencapai 10 persen, kemudian pertumbuhan kamar hotel mencapai 60 persen.
Pada kurun waktu yang sama jumlah wisatawan yang menginap di hotel bintang dan non-bintang hanya tumbuh 40,3 persen. Sebanyak 98 persen didominasi wisatawan nusantara. "Pertumbuhan hotel di Solo baik untuk hotel berbintang maupun non-bintang dan pertambahan kamar luar biasa, tetapi masih belum diimbangi dengan kedatangan jumlah wisatawan manca negara," katanya.
Dia mengatakan, perkembangan pariwisata di Kota Solo, selama lima tahun terakhir mengalami ketimpangan antara supply dan demand. Sebab pertumbuhan jumlah wisatawan yang datang ke kota ini tidak seimbang dengan pertumbuhan jumlah hotel dan kamar hotel.
Menurut Hidayatullah, sampai September 2013, di Kota Solo, terdapat 28 hotel bintang dan 77 hotel melati dengan jumlah kamar mencapai 4.500 unit. Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan 2007 lalu yang hanya ada 10 hotel bintang dan 70 hotel non-bintang dengan jumlah kamar hanya 2.800 kamar.
Kondisi tersebut, dikhawatirkan menimbulkan persaingan yang tidak sehat. Meskipun Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta sebenarnya telah mengupayakan pembenahan dan menambah agenda budaya, tetapi hal tersebut belum mampu mendorong peningkatan wisatawan datang ke Kota Solo.
Pasar Klewer di Solo, Jateng.
"BPPIS melakukan survei dengan responden wisatawan nusantara yang menginap di hotel di Solo. Dari survei tersebut akan bisa dijadikan dasar pengembangan pariwisata di Solo," katanya.
Hasil survei yang dilakukan mulai 11 hingga 13 November 2013 lalu dengan jumlah responden 300 wisatawan tersebut, ternyata sebagian besar wisatawan datang ke Solo untuk keperluan bisnis. Sedangkan untuk alasan berwisata atau liburan hanya berada di posisi ketiga.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Pemkot Surakarta, Eny Tyasni, mengaku selama ini promosi wisata untuk Kota Solo masih kurang. Untuk itu pihaknya menyambut positif hasil survei yang dilakukan BPPIS tersebut.
Hidayatullah Al Banjari pada wartawan di Solo, Senin (20/1/2014), mengatakan, selama lima tahun terakhir ini pertumbuhan jumlah hotel berbintang di Solo luar biasa dan mencapai sekitar 180 persen, sedangkan untuk hotel non-bintang mencapai 10 persen, kemudian pertumbuhan kamar hotel mencapai 60 persen.
Pada kurun waktu yang sama jumlah wisatawan yang menginap di hotel bintang dan non-bintang hanya tumbuh 40,3 persen. Sebanyak 98 persen didominasi wisatawan nusantara. "Pertumbuhan hotel di Solo baik untuk hotel berbintang maupun non-bintang dan pertambahan kamar luar biasa, tetapi masih belum diimbangi dengan kedatangan jumlah wisatawan manca negara," katanya.
Dia mengatakan, perkembangan pariwisata di Kota Solo, selama lima tahun terakhir mengalami ketimpangan antara supply dan demand. Sebab pertumbuhan jumlah wisatawan yang datang ke kota ini tidak seimbang dengan pertumbuhan jumlah hotel dan kamar hotel.
Menurut Hidayatullah, sampai September 2013, di Kota Solo, terdapat 28 hotel bintang dan 77 hotel melati dengan jumlah kamar mencapai 4.500 unit. Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan 2007 lalu yang hanya ada 10 hotel bintang dan 70 hotel non-bintang dengan jumlah kamar hanya 2.800 kamar.
Kondisi tersebut, dikhawatirkan menimbulkan persaingan yang tidak sehat. Meskipun Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta sebenarnya telah mengupayakan pembenahan dan menambah agenda budaya, tetapi hal tersebut belum mampu mendorong peningkatan wisatawan datang ke Kota Solo.
Hasil survei yang dilakukan mulai 11 hingga 13 November 2013 lalu dengan jumlah responden 300 wisatawan tersebut, ternyata sebagian besar wisatawan datang ke Solo untuk keperluan bisnis. Sedangkan untuk alasan berwisata atau liburan hanya berada di posisi ketiga.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Pemkot Surakarta, Eny Tyasni, mengaku selama ini promosi wisata untuk Kota Solo masih kurang. Untuk itu pihaknya menyambut positif hasil survei yang dilakukan BPPIS tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar