Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung menyatakan siap
menjadi calon wakil presiden jika ada capres atau partai yang
melamarnya.
Akbar dalam pernyataan di kediamannya di Jalan Purnawarnman No 18 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu mengemukakan akan mendampingi capres, terutama dari partai yang sama platform-nya dengan Golkar, yakni nasionalis.
"Kalau ditanya siap, ya saya nyatakan siap menjadi cawapres. Bukan capres, karena Golkar sudah punya capres, yaitu Aburizal Bakrie," katanya pada acara "Bincang Pagi Bersama Bang Akbar" itu.
Kesiapan Akbar untuk menjadi cawapres ini mengingat akhir pekan lalu sebuah lembaga survei, Freedom Foundation, yang didirikan alumnus IAIN Jakarta dan Universitas Paramadina Jakarta mempublikasi sejumlah figur capres dan cawapres. Dalam survei itu nama Akbar masuk sebagai cawapres dengan dukungan enam persen.
Mantan Ketua Umum Golkar ini menjelaskan rekam jejaknya sebagai politisi dan aktivis serta pejabat birokrasi.
"Saya pendiri KNPI, pendiri Kelompok Cipayung, mantan Ketua Umum PB HMI, pernah jadi Menpora dan juga Menseneg, lalu Ketua Umum Golkar dan terakhir Ketua DPR RI. Mungkin dengan pengalaman ini masyarakat menilai saya cukup punya kemampuan untuk menjadi wapres," kata Akbar.
Ketika ditanya partai nasionalis yang dimaksud Akbar apakah PDIP, Akbar mengatakan, PDIP adalah partai nasionalis yang platform-nya sama dengan Golkar. "Tapi, capres PDIP 'kan belum diputuskan, semua bergantung pada keputusan atau persetujuan Ibu Megawati. Jadi kita tunggu saja," katanya.
Namun ketika ditanyakan bagaimana sosok Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi yang digadang-gadang sebagai capres dengan elektabilitas paling tinggi, Akbar dengan jujur mengungkapkan bahwa Jokowi adalah tokoh fenomenal dan sampai saat ini elektabilitasnya sangat tinggi.
"Tetapi, kita harus menunggu keputusan PDIP, siapa yang akan dicalonkan," ujarnya didampingi caleg Golkar untuk Tangerang Selatan, Musfihin Dahlan.
Selain memimpin DPR pada 1999-2004, pada periode itu Akbar menjadi Ketua Umum Golkar dan dinilai berhasil membangkitkan Golkar dari keterpurukan sejak 1998 hingga berhasil menang Pemilu 2004. Namun Akbar dalam konvensi capres mengalami kekalahan sehingga gagal dicalonkan menjadi presiden dari Golkar.
Akbar juga dikenal dekat dengan Megawati dan PDIP. Pada Pemiliahn Presiden 2004, Golkar di bawah pimpinan Akbar bergabung dengan PDIP dan sejumlah partai lain dalam satu blok, Koalisi Kebangsaan, untuk mencalonkan Megawati sebagai presiden dalam pilpres itu, namun kalah.
"Ya pengalaman kita di Koalisi Kebangsaan, masih terus membina komunikasi, terutama dengan Ibu Megawati," katanya. (S2/An)
Akbar dalam pernyataan di kediamannya di Jalan Purnawarnman No 18 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu mengemukakan akan mendampingi capres, terutama dari partai yang sama platform-nya dengan Golkar, yakni nasionalis.
"Kalau ditanya siap, ya saya nyatakan siap menjadi cawapres. Bukan capres, karena Golkar sudah punya capres, yaitu Aburizal Bakrie," katanya pada acara "Bincang Pagi Bersama Bang Akbar" itu.
Kesiapan Akbar untuk menjadi cawapres ini mengingat akhir pekan lalu sebuah lembaga survei, Freedom Foundation, yang didirikan alumnus IAIN Jakarta dan Universitas Paramadina Jakarta mempublikasi sejumlah figur capres dan cawapres. Dalam survei itu nama Akbar masuk sebagai cawapres dengan dukungan enam persen.
Mantan Ketua Umum Golkar ini menjelaskan rekam jejaknya sebagai politisi dan aktivis serta pejabat birokrasi.
"Saya pendiri KNPI, pendiri Kelompok Cipayung, mantan Ketua Umum PB HMI, pernah jadi Menpora dan juga Menseneg, lalu Ketua Umum Golkar dan terakhir Ketua DPR RI. Mungkin dengan pengalaman ini masyarakat menilai saya cukup punya kemampuan untuk menjadi wapres," kata Akbar.
Ketika ditanya partai nasionalis yang dimaksud Akbar apakah PDIP, Akbar mengatakan, PDIP adalah partai nasionalis yang platform-nya sama dengan Golkar. "Tapi, capres PDIP 'kan belum diputuskan, semua bergantung pada keputusan atau persetujuan Ibu Megawati. Jadi kita tunggu saja," katanya.
Namun ketika ditanyakan bagaimana sosok Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi yang digadang-gadang sebagai capres dengan elektabilitas paling tinggi, Akbar dengan jujur mengungkapkan bahwa Jokowi adalah tokoh fenomenal dan sampai saat ini elektabilitasnya sangat tinggi.
"Tetapi, kita harus menunggu keputusan PDIP, siapa yang akan dicalonkan," ujarnya didampingi caleg Golkar untuk Tangerang Selatan, Musfihin Dahlan.
Selain memimpin DPR pada 1999-2004, pada periode itu Akbar menjadi Ketua Umum Golkar dan dinilai berhasil membangkitkan Golkar dari keterpurukan sejak 1998 hingga berhasil menang Pemilu 2004. Namun Akbar dalam konvensi capres mengalami kekalahan sehingga gagal dicalonkan menjadi presiden dari Golkar.
Akbar juga dikenal dekat dengan Megawati dan PDIP. Pada Pemiliahn Presiden 2004, Golkar di bawah pimpinan Akbar bergabung dengan PDIP dan sejumlah partai lain dalam satu blok, Koalisi Kebangsaan, untuk mencalonkan Megawati sebagai presiden dalam pilpres itu, namun kalah.
"Ya pengalaman kita di Koalisi Kebangsaan, masih terus membina komunikasi, terutama dengan Ibu Megawati," katanya. (S2/An)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar