Senin, 07 Oktober 2013

Pelajar Indonesia di Singapura Sukses Pentaskan "Dance of the Earth"

Pelajar Indonesia di National University of Singapore (NUS) mengadaptasi novel Tarian Bumi (Dance of the Earth) menjadi drama musikal yang menawan selama hampir dua jam.

Tak kurang dari 1.200 penonton yang tak hanya pelajar, tapi juga pekerja profesional, hingga warga asing dari berbagai negara memenuhi University Cultural Centre, Minggu malam (6/10/2013). 

Turut hadir perwakilan kedutaan dan perusahaan nasional seperti Lippo Group, PLN, dan Wilmar. Terasa tidak sia-sia kerja keras 119 kru selama 358 hari untuk mempersiapkan pementasan ini. 

Diproduseri Arvelia Yardhika, Kemal Razindyaswara, dan Vanessa Octavia, Tarian Bumi memukau penonton dengan akting, tarian, dan musik. Dialog terbangun baik didukung penjiwaan akting yang sangat mendalam. 

Tepuk-tangan meriah menggema dipenghujung koreografi tarian Bali, yang memang mengundang decak kagum karena dipadu dengan lirik dan musik yang ditulis dan diaransemen sendiri oleh para mahasiswa tersebut. 

Mengambil setting Bali, cerita berpusat pada perjuangan Sekar menapak ke kasta Brahmana dan bagaimana dia harus membayar mahal ambisinya. 

Terlahir sebagai sudra, Sekar yang diperankan dengan apik oleh Adinda Ayu Savitri bertekad menguasai tarian Bali dan menikahi pria Brahmana untuk memperbaiki nasibnya. 

Dia berhasil memukau Ida Bagus Ngurah Pidada (Gregorius Ivaniddo). Namun ternyata status Brahmana tidaklah seindah yang dibayangkannya. Sekar juga menghadapi ddua sosok lain yang mencintainya, Kenten (Inge Kosasih) --yang mencengangkan penonton dengan adegan ciuman dengan sesama wanita, dan, Wayan Sasmitha (Alvin Surya Tjahyo) --teman masa kecil Sekar yang selalu menunjukkan kepolosan cintanya. 

Tarian bumi karya Oka Rusmini adalah agenda tahunan PINUS (perhimpunan pelajar Indonesia di NUS) bernama NUANSA. NUANSA mengadaptasi karya sastra Indonesia dalam bentuk drama musikal untuk memperkenalkan budaya Tanah Air kepada masyarakat di Singapura.

NUANSA merupakan pementasan terbesar yang pernah diorganisasi oleh komunitas Indonesia di Singapura. Sejumlah novel yang telah dipentaskan, Siti Nurbaya (2009), Bumi Manusia (Pramoedya Ananta Toer, 2010), Ca Bau Kan (Remy Silado, 2011), dan Canting (Arswendo Atmowiloto, 2012).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar