Jumat, 14 Maret 2014

Bos Bursa Bitcoin Ditemukan Tewas di Singapura

Seorang perempuan muda asal Amerika Serikat bernama Autumn Radtke yang merupakan CEO perusahaan bursa bitcoin dan mata uang virtual lain ditemukan meninggal dunia di Singapura pekan lalu. Polisi setempat sedang menyelidiki kematiannya yang tidak wajar.

Polisi menemukan Radtke di sekitar komplek apartemennya, tewas pada pagi hari, 26 Februari 2014, setelah menerima panggilan darurat dari pengelola apartemen.

Mulanya, polisi menilai Radtke meninggal secara wajar. Namun, belakangan warga apartemen mengatakan kepada polisi bahwa Radtke bunuh diri dengan cara lompat dari apartemen.

Teman Radtke bernama Steve Beauregard, mengatakan Radtke sedang bergulat dengan tekanan profesional dan pribadi. Perusahaan yang dipimpin Radtke sedang berjuang untuk mendapatkan traksi.

First Meta, perusahaan yang dipimpin Radtke, mengeluarkan pernyataan di situs web resminya bahwa mereka "terkejut dan sedih" atas kematian Radtke dan mengungkapkan belasungkawa kepada keluarga Radtke.

"Belasungkawa yang terdalam kami ucapkan untuk keluarga, teman, dan orang yang dicintai. Autumn adalah inspirasi bagi kita semua dan kami akan sangat merindukannya," tulis First Meta.

Kepada Reuters, Direktur First Meta Douglas Abrams, membantah bahwa perusahaannya sedang terpuruk atau sedang berusaha untuk dijual. Namun, Abrams mengaku memang punya rencana untuk menjual perusahaan. Mereka juga berusaha menghemat biaya operasional dengan keluar dari ruang kantor yang digunakan saat ini.

First Meta merupakan platform perdagangan online untuk mata uang virtual/digital. Perusahaan ini mulai memperdagangkan bitcoin sejak 2013. Kemudian, Beauregard mengungkapkan, First Meta menandatangani kesepakatan dengan GoCoin pada awal 2014.

"Aku tidak berusaha untuk menjauhkan First Meta dari bitcoin, tetapi kami tidak menyediakan perdagangan dua arah untuk bitcoin," kata Abrams.

Penggemar bitcoin

Orang-orang terdekat mengatakan Radtke adalah penggemar berat bitcoin dan telah melakukan investasi secara pribadi. Radtke juga sering membujuk teman-temannya untuk berinvestasi.

Di halaman Facebook, Radtke beberapa kali membagikan tautan artikel atau cerita tentang bitcoin yang sebagian besar turut merayakan kenaikan harga bitcoin pada tahun 2013.

"Dia (Radtke) kedapatan memantau naik turunnya bitcoin, dan itu tidak menjadi satu-satunya alasan tragedi ini. Akan sangat naif untuk berpikir seperti itu," ujar salah seorang Radtke kepada Reuters.

Beauregard mengaku sempat terlibat percakapan dengan Radtke dalam 48 jam sebelum kematiannya tentang masalah pribadi dan profesional. "Bitcoin dan Mt. Gox bukan bagian dari percakapan," tutur Beauregard.

Radtke, yang berusia 28 tahun, pindah ke Singapura pada 2012. Sebelumnya, ia bekerja di sebuah perusahaan rintisan Plug and Play Tech Center di Santa Monica, California, AS.

Scott Robinson, salah satu pemilik Plug and Play Tech Center, mengatakan Radtke tertarik dengan bitcoin dan membuatnya sebagai salah satu perempuan yang ahli atas bitcoin dalam usia relatif muda.

Kematian Radtke hanya berselang satu hari setelah bursa bitcoin Mt. Gox asal Tokyo, Jepang, menutup layanan dan situs webnya pada 25 Februari 2014. Tiga hari kemudian, bursa bitcoin terbesar di dunia itu mengajukan perlindungan kebangkrutan kepada pemerintah.

CEO Mt. Gox Mark Karpeles mengungkapkan bahwa kebangkrutan disebabkan karena lemahnya sistem keamanan sehingga ada peretas yang masuk dalam sistem dan mencuri bitcoin.

Perusahaan mengaku kehilangan 850.000 bitcoin dengan nilai hampir 500 juta dollar AS. Dari jumlah tersebut, sebanyak 750.000 bitcoin adalah milik nasabah dan 100.000 bitcoin lainnya adalah aset perusahaan.

Mt. Gox memiliki kewajiban utang sebesar 63,9 juta dollar AS, jauh melebihi total aset saat ini yaitu 37,7 juta dollar AS. Dalam dokumen kebangkrutan Mt. Gox tercatat, ada 127.000 kreditor dan sebanyak 1.000 kreditor di antaranya berasal dari Jepang.

Selain Mt. Gox, sebuah bank bitcoin asal Alberta, Kanada, Flexcoin, juga terkena serangan siber yang menyebabkan sistem mereka dibobol oleh peretas pada 4 Maret 2014. Peretas tersebut mencuri 896 bitcoin dari seluruh rekening dompet digital Flexcoin.

Penegak hukum di masing-masing negara sedang menyelidiki penyebab tutupnya Mt. Gox dan Flexcoin untuk mengetahui apakah ada kejahatan ekonomi atau kejahatan siber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar