Dari Pelabuhan Sape, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) Tim Ekspedisi Sabang-Merauke: ”Kota dan Jejak Peradaban” harian Kompas pun menumpang Kapal Motor Penumpang (KMP) Dewana Dharma untuk menyeberang ke Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Setelah perjalanan sekitar enam jam, Tim tiba di Labuan Bajo, Sabtu (5/10/2013) dini hari.
Badan penat dan lelah setelah hampir 24 jam berkendara dan dua kali menyeberang laut sejauh 792 kilometer (km) dari Denpasar, Bali, ke Labuan Bajo, membuat kantuk tak tertahankan. Syukurlah, Tim memiliki waktu sehari beristirahat dan menikmati keindahan Labuan Bajo di pantai Luwansa.
Seusai makan siang, Tim berkeliling Labuan Bajo. Musim kemarau membuat warna kuning kecoklatan mendominasi panorama. Labuan Bajo, yang adalah kota kecil diapit perbukitan dengan pepohonan yang meranggas dan teluk kecil dengan kapal phinisi.
Matahari bersinar terik dan udara terasa gerah. Jalan mendaki dan berliku. Gersang dan kering. Itulah kesan yang tertangkap dari Labuan Bajo. Pemandangan nyaris sama seperti saat Tim menjelajahi Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa di Provinsi NTB.
Akan tetapi, saat berhenti di puncak salah satu bukit, tampaklah Laut Flores dengan gradasi biru dan hijau yang indah. Ibarat kanvas bertaburkan noktah berupa kapal, lukisan itu semakin cantik dengan perbukitan yang langsung menjulang di sisi pantai.
Inilah keindahan yang dicari oleh wisatawan yang datang ke Labuan Bajo. Siapa pun yang singgah di puncak bukit dengan latar belakang pemandangan nan mengagumkan itu pastilah sulit untuk tak mengabadikannya dengan kamera.
Kondisi Labuhan Bajo kini jauh berbeda dibandingkan 15 tahun lalu. Hotel sekelas melati pun saat itu bisa dihitung dengan jari. Jalanan sepi dan tak terawat. Labuan Bajo ketika itu hanya kampung nelayan kecil.
Temuan komodo
Labuan Bajo semakin mencuri perhatian dunia, semenjak orang Eropa menemukan komodo(Varanus komodoensis) tahun 1910. Dunia dibuat tercengang dengan kabar tentang spesies kadal raksasa, seusai Douglas Burden melakukan ekspedisi tahun 1926.
Satwa endemik Komodo (Varanus komodoensis) di Pulau Rinca, Kecamatan Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Senin (4/6/2012). Pulau Rinca merupakan salah satu habitat reptil purba Komodo. Berdasarkan data pada 2010 di pulau ini sendiri terdapat 1.336 ekor Komodo, sedangkan 1.288 ekor di Pulau Komodo, 86 di Pulau Nusa Kode, dan 83 di Pulau Gili Motang.
Labuan Bajo kian tersohor, setelah Taman Nasional Pulau Komodo yang menawarkan wisata selam dan satwa purba, menjadi salah satu keajaiban dunia versi New 7 Wonders.
Daerah pijakan wisatawan sebelum berkunjung ke Pulau Komodo yang tersohor itu pun kian berkembang. Senja tiba, Tim menikmati keelokan langit di pantai yang terawat. Kejutan apa lagi yang menanti Tim di Flores. (bay/mhf/ham/otw)
Badan penat dan lelah setelah hampir 24 jam berkendara dan dua kali menyeberang laut sejauh 792 kilometer (km) dari Denpasar, Bali, ke Labuan Bajo, membuat kantuk tak tertahankan. Syukurlah, Tim memiliki waktu sehari beristirahat dan menikmati keindahan Labuan Bajo di pantai Luwansa.
Seusai makan siang, Tim berkeliling Labuan Bajo. Musim kemarau membuat warna kuning kecoklatan mendominasi panorama. Labuan Bajo, yang adalah kota kecil diapit perbukitan dengan pepohonan yang meranggas dan teluk kecil dengan kapal phinisi.
Matahari bersinar terik dan udara terasa gerah. Jalan mendaki dan berliku. Gersang dan kering. Itulah kesan yang tertangkap dari Labuan Bajo. Pemandangan nyaris sama seperti saat Tim menjelajahi Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa di Provinsi NTB.
Akan tetapi, saat berhenti di puncak salah satu bukit, tampaklah Laut Flores dengan gradasi biru dan hijau yang indah. Ibarat kanvas bertaburkan noktah berupa kapal, lukisan itu semakin cantik dengan perbukitan yang langsung menjulang di sisi pantai.
Inilah keindahan yang dicari oleh wisatawan yang datang ke Labuan Bajo. Siapa pun yang singgah di puncak bukit dengan latar belakang pemandangan nan mengagumkan itu pastilah sulit untuk tak mengabadikannya dengan kamera.
Kondisi Labuhan Bajo kini jauh berbeda dibandingkan 15 tahun lalu. Hotel sekelas melati pun saat itu bisa dihitung dengan jari. Jalanan sepi dan tak terawat. Labuan Bajo ketika itu hanya kampung nelayan kecil.
Temuan komodo
Labuan Bajo semakin mencuri perhatian dunia, semenjak orang Eropa menemukan komodo(Varanus komodoensis) tahun 1910. Dunia dibuat tercengang dengan kabar tentang spesies kadal raksasa, seusai Douglas Burden melakukan ekspedisi tahun 1926.
Daerah pijakan wisatawan sebelum berkunjung ke Pulau Komodo yang tersohor itu pun kian berkembang. Senja tiba, Tim menikmati keelokan langit di pantai yang terawat. Kejutan apa lagi yang menanti Tim di Flores. (bay/mhf/ham/otw)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar