Twitter sedang dalam rencana untuk menawarkan saham perdananya kepada publik.(initial public offering/IPO). Sebuah lembaga riset memprediksi harga per lembar saham Twitter bisa bernilai tinggi karena mereka memiliki bisnis yang potensial.
Analis Robert Peck dari SunTrust Robinson Humphrey, memproyeksi Twitter akan mematok harga di kisaran 28 sampai 30 dollar AS (sekitar Rp 315.000 sampai Rp 350.000) per lembar saham.
Menurut Peck, seperti dikutip dari Reuters, nilai per lembar saham itu bisa naik menjadi 50 dollar AS (sekitar Rp 560.000) dalam waktu setahun.
Twitter memungkinkan pengguna pengguna mengirim pesan maksimal 140 karakter atau biasa disebut tweet. Namun, di balik itu, Twitter memiliki potensi bisnis iklan yang menjanjikan untuk mempromosikan tweet ataupun sebuah akun.
Perusahaan asal San Francisco, California, AS, ini mulai berjualan iklan pada tahun 2010. Pada semester pertama 2013, sekitar 87 persen dari pendapatannya disumbang dari bisnis iklan. Inilah yang dijadikan "senjata" bagi Twitter untuk merayu para investor yang hendak membeli sahamnya di bursa Nasdaq, New York, AS.
Peck berpendapat, Twitter punya potensi besar untuk menampilkan iklan maupun iklan video melalui sebuah tweet di linimassa pengguna. Selain itu, Twitter juga bisa memanfaatkan kemampuan sistem pencarian konten atau produk yang mirip dengan bisnis AdWords milik Google. Di sini, pemasang iklan diharuskan membayar kepada Google seusai dengan jumlah klik pada iklan yang dipasang.
Analis Robert Peck dari SunTrust Robinson Humphrey, memproyeksi Twitter akan mematok harga di kisaran 28 sampai 30 dollar AS (sekitar Rp 315.000 sampai Rp 350.000) per lembar saham.
Menurut Peck, seperti dikutip dari Reuters, nilai per lembar saham itu bisa naik menjadi 50 dollar AS (sekitar Rp 560.000) dalam waktu setahun.
Twitter memungkinkan pengguna pengguna mengirim pesan maksimal 140 karakter atau biasa disebut tweet. Namun, di balik itu, Twitter memiliki potensi bisnis iklan yang menjanjikan untuk mempromosikan tweet ataupun sebuah akun.
Perusahaan asal San Francisco, California, AS, ini mulai berjualan iklan pada tahun 2010. Pada semester pertama 2013, sekitar 87 persen dari pendapatannya disumbang dari bisnis iklan. Inilah yang dijadikan "senjata" bagi Twitter untuk merayu para investor yang hendak membeli sahamnya di bursa Nasdaq, New York, AS.
Peck berpendapat, Twitter punya potensi besar untuk menampilkan iklan maupun iklan video melalui sebuah tweet di linimassa pengguna. Selain itu, Twitter juga bisa memanfaatkan kemampuan sistem pencarian konten atau produk yang mirip dengan bisnis AdWords milik Google. Di sini, pemasang iklan diharuskan membayar kepada Google seusai dengan jumlah klik pada iklan yang dipasang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar