Perjalanan tim Ekspedisi Sabang-Merauke: Kota dan Jejak Peradaban harian Kompas memasuki hari ke-17. Dari tepi Laut Flores di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Minggu (6/10/2013), kami berkendara menuju Bajawa, kota sejuk dekat gunung api Inerie di Kabupaten Ngada.
Kami singgah di Ruteng, Manggarai, menanti Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono dan rombongan yang berkunjung ke Flores. Dengan antusias, Bambang menyetir jip menikmati hutan bambu, pegunungan, dan jalan berkelok sambil meninjau bandara dan pelabuhan yang dilalui dari Ruteng ke Bajawa.
Bupati Manggarai Christian Rotok dan jajaran pimpinan daerah pun menjamu Bambang dan rombongan makan siang di rumah dinas. Rotok memanfaatkan kesempatan ini untuk meminta Kementerian Perhubungan menganggarkan pembangunan terminal, pelabuhan, dan penyempurnaan Bandara Frans Sales Lega, Ruteng.
Bambang mengatakan, pembangunan infrastruktur tetap harus dibarengi penciptaan iklim investasi yang kondusif demi menggerakkan aktivitas ekonomi daerah. ”Tanpa iklim investasi yang bagus, perkembangan lanjutan yang diharapkan dari pembangunan infrastruktur sulit tercapai,” kata Bambang.
Dalam hal infrastruktur, aspal mulus terbentang sepanjang 262 kilometer (km) dari Labuan Bajo ke Bajawa. Pekerjaan melebarkan jalan dan melapis aspal masih terlihat di beberapa ruas jalan.
Dua jam berkendara dari Labuan Bajo, kami menemukan jalan mulus nan lurus sepanjang sekitar 4 km yang diapit hamparan sawah yang menguning di Desa Poco Rutang, Kecamatan Lembor, Manggarai Barat. Kami berhenti sejenak.
Anggota tim yang sempat teler karena mabuk darat setelah melewati jalan berliku, mendaki, dan menurun tampak melompat turun dari mobil. Pewarta foto kami dengan sigap mengabadikan keindahan alam lumbung pangan NTT tersebut.
Keindahan Lembor ibarat oase di Pulau Flores yang dilanda kemarau. Keindahan Laut Flores dengan gradasi air warna hijau dan biru benar-benar bersatu dengan keindahan pegunungan.
Pemandangan matahari terbenam dari desa Darat Pantai, Kabupaten Sikka, Flores Nusa Tenggara Timur, Sabtu (26/5/2012).
Dari sini, kami singgah di Pelabuhan Aimere, Ngada, yang melayani penyeberangan ke Kupang dan Waingapu, NTT, dua kali dalam satu minggu. Kondisi pelabuhan ini memprihatinkan. Sebagian besar besi dermaga berkarat.
”Dana perawatan hanya Rp 500.000,” kata Rosdopo, Kepala Pelabuhan Aimere. Bambang pun tercengang. Pantas saja besi-besi dermaga berkarat. Jembatan bergerak dermaga untuk pintu palka feri lumpuh karena kabel baja diputus warga.
Aimere terkenal sebagai daerah penghasil minuman keras khas Flores, sofi. Dari sini, kami kembali berkendara mendaki menuju Bajawa sambil menikmati keindahan Gunung Inerie, sebuah gunung api yang berpuncak lancip.
Kami tiba di Bajawa persis saat bulan sabit telah bersinar terang. (bay/mhf/otw/ham)
Kami singgah di Ruteng, Manggarai, menanti Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono dan rombongan yang berkunjung ke Flores. Dengan antusias, Bambang menyetir jip menikmati hutan bambu, pegunungan, dan jalan berkelok sambil meninjau bandara dan pelabuhan yang dilalui dari Ruteng ke Bajawa.
Bupati Manggarai Christian Rotok dan jajaran pimpinan daerah pun menjamu Bambang dan rombongan makan siang di rumah dinas. Rotok memanfaatkan kesempatan ini untuk meminta Kementerian Perhubungan menganggarkan pembangunan terminal, pelabuhan, dan penyempurnaan Bandara Frans Sales Lega, Ruteng.
Bambang mengatakan, pembangunan infrastruktur tetap harus dibarengi penciptaan iklim investasi yang kondusif demi menggerakkan aktivitas ekonomi daerah. ”Tanpa iklim investasi yang bagus, perkembangan lanjutan yang diharapkan dari pembangunan infrastruktur sulit tercapai,” kata Bambang.
Dalam hal infrastruktur, aspal mulus terbentang sepanjang 262 kilometer (km) dari Labuan Bajo ke Bajawa. Pekerjaan melebarkan jalan dan melapis aspal masih terlihat di beberapa ruas jalan.
Dua jam berkendara dari Labuan Bajo, kami menemukan jalan mulus nan lurus sepanjang sekitar 4 km yang diapit hamparan sawah yang menguning di Desa Poco Rutang, Kecamatan Lembor, Manggarai Barat. Kami berhenti sejenak.
Anggota tim yang sempat teler karena mabuk darat setelah melewati jalan berliku, mendaki, dan menurun tampak melompat turun dari mobil. Pewarta foto kami dengan sigap mengabadikan keindahan alam lumbung pangan NTT tersebut.
Keindahan Lembor ibarat oase di Pulau Flores yang dilanda kemarau. Keindahan Laut Flores dengan gradasi air warna hijau dan biru benar-benar bersatu dengan keindahan pegunungan.
”Dana perawatan hanya Rp 500.000,” kata Rosdopo, Kepala Pelabuhan Aimere. Bambang pun tercengang. Pantas saja besi-besi dermaga berkarat. Jembatan bergerak dermaga untuk pintu palka feri lumpuh karena kabel baja diputus warga.
Aimere terkenal sebagai daerah penghasil minuman keras khas Flores, sofi. Dari sini, kami kembali berkendara mendaki menuju Bajawa sambil menikmati keindahan Gunung Inerie, sebuah gunung api yang berpuncak lancip.
Kami tiba di Bajawa persis saat bulan sabit telah bersinar terang. (bay/mhf/otw/ham)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar